KedaiPena.com – Kehadiran Gibran Rakabuming Raka sebagai pendamping Prabowo Subianto dinilai tidak akan memberikan pengaruh banyak pada kelompok pemilih pemula. Karena prosesnya yang dinilai mencoreng nilai demokrasi.
Direktur Rumah Politik Indonesia, Fernando EMaS menyatakan proses pencalonan Gibran Rakabuming sebagai cawapres Prabowo Subianto menimbulkan banyak persoalan.
Hal ini terkait dengan perubahan usia minimal capres atau cawapres yang sebelumnya minimal 40 tahun namun diputuskan ada pengecualian, boleh di bawah usia 40 tahun bagi yang memiliki pengalaman sebagai Kepala Daerah.
“Tidak bisa dipungkiri bahwa Anwar Usman yang merupakan adik ipar Jokowi pada saat menjadi Ketua Mahkamah Konstitusi telah memperalat lembaga yang ia pimpin memuluskan Gibran, keponakannya agar bisa menjadi salah satu kontestan 2024 dengan membuat keputusan tersebut,” kata Fernando, Jumat (17/11/2023).
Sehingga, yang terlihat oleh publik, Gibran dianggap dipaksakan untuk ikut kontestasi, sebagai wujud haus kekuasan Jokowi sehingga membangun dinasti politik.
“Sehingga, walaupun Gibran termasuk dalam kelompok muda namun tidak mendapatkan simpatik dari pemilih muda karena dianggap lahir dari cacat etika dan mengedepankan ambisi keluarga untuk mempertahankan kekuasaan,” ucapnya.
Ia menilai ada kemungkinan Prabowo dan timnya menyadari resistensi dari Gibran terhadap pendukungnya.
“Belakangan banyak beredar spanduk yang hanya menampilkan Prabowo tanpa Gibran. Penolakan terhadap proses demokrasi yang dianggap cacat moral dan etika terus mendapatkan penolakan dari berbagai kalangan baik tokoh agama, budayawan, para ahli hukim dan para akademisi. Tentunya penolakan dan perlawanan tersebut akan terus bergulir sehingga akan mempengaruhi masyarakat untuk tidak akan memilih pasangan Prabowo dan Gibran,” ucapnya lagi.
Oleh karena itu, Fernando menilai, hingga saat ini, peluang pelaksanaan pilpres dilakukan 2 putaran masih terbuka sangat lebar.
“Sangat terbuka pasangan Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin meningkatkan dukungan dengan memanfaatkan sentimen negatif masyarakat terhadap Gibran,” imbuhnya.
Fernando menyatakan dukungan Jokowi terhadap Prabowo bukan hanya memberikan dampak positif tetapi memiliki dampak negatif karena banyak pendukung Prabowo yang menolak kehadiran Gibran dan Jokowi.
“Begitu juga dengan pendukung Jokowi ketika pilpres, banyak yang tidak akan memberikan dukungan pada Prabowo karena dianggap tidak akan konsisten melanjutkan program pemerintahan Jokowi. Sementara, pendukung Partai Golkar, Partai Demokrat dan PAN tidak akan berbanding lurus dengan dukungan terhadap Prabowo dan Gibran. Hal tersebut terlihat dari hasil beberapa survei yang menunjukkan bahwa tingkat elektabilitas Prabowo-Gibran masih dibawah perolehan suara partai politik pendukung berdasarkan hasil pemilu 2019,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa