KedaiPena.com – Beberapa waktu ke belakang, Jawa bagian Barat, seperti Jabodetabek dan Banten mengalami hujan yang persisten hampir setiap hari. Peneliti Klimatologi, Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, menyebutkan hal ini terjadi karena adanya beberapa hotspot hujan di Jawa Barat.
Ia menyampaikan, berdasarkan pengamatan, di belahan bumi utara Samudra Pasifik, saat ini terbentuk setidaknya empat rangkaian bibit siklon tropis yang berdampak menarik awan-awan konvektif di atas wilayah Indonesia sehingga sebagian besar wilayah di selatan dan tenggara Indonesia saat ini minim awan.
“Meskipun demikian, minimnya awan tidak menyebabkan frekuensi hujan harian menjadi berkurang utk wilayah Jabar. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa lokasi yang menjadi hotspot hujan di Jawa Barat,” kata Erma saat dihubungi, Minggu (16/10/2022).
Erma menjelaskan Hotspot hujan merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan bahwa pada lokasi tersebut titik permulaan hujan terbentuk sekaligus bersifat menjalarkan atau meluaskan hujan ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya.
“Seperti diketahui, wilayah Jabar bagian selatan merupakan dataran tinggi yang terdiri dari banyak gunung. Topografi pegunungan di selatan Jabar inilah saat ini yang memiliki peran menjadi hotspot hujan dengan penguatan yang signifikan dalam menghasilkan hujan yang memanjang dan meluas ke utara,” urainya.
Berdasarkan pantauan terhadap data hujan dari SADEWA resolusi tinggi (1 km), terdapat setidaknya empat hotspot utama hujan di Jabar, yaitu Gunung Salak, Gunung Gede Pangrango, Gunung Burangrang, dan Gunung Tangkuban Parahu.
Gunung Salak dan Gede menjadi hotspot hujan yang berperan dalam menghasilkan hujan dan segera bermigrasi atau meluas ke utara yaitu ke wilayah Bogor, Sukabumi, dan Cianjur.
“Tak jarang hujan yang dihasilkan dari kedua gunung tersebut mengalami penggabungan sehingga membentuk suatu sistem badai yang besar dan luas. Ketika badai tersebut menjalar ke utara (Depok dan Jakarta), sistem tersebut kembali bergabung dengan hujan dari pesisir barat Banten sehingga menimbulkan perluasan dan penggandaan sel hujan. Inilah yang membuat hujan persisten hingga malam hari,” urainya lagi.
Demikian pula yang terjadi dengan hotspot hujan Burangrang dan Tengkuban Parahu yang juga berperan dalam perluasan area hujan peningkatan intensitas dan durasi bagi hujan di wilayah Purwakarta dan Bandung. Hujan di Purwakarta sering meluas dan menjalar menuju Karawan, Cikarang, bahkan hingga ke Pamanukan.
Sementara itu, hujan dari hotspot Tangkuban memodulasi hujan di Bandung yang dapat mengalami perluasan hingga wilayah di Cimahi, Padalarang, Cileunyi, dan selatan Bandung.
“Hal ini membuat Bogor dan Bandung berpotensi menjadi dua wilayah di dekat pegunungan yang saat ini mengalami hujan terus menerus dan tak jarang sedang hingga lebat karena efek aliran hujan dari pegunungan terdekat yang menjadi hotspot hujan,” kata Erma.
Untuk kondisi yang minim awan di selatan Indonesia pun, hotspot utama tersebut tetap berperan penting dalam mengonsentrasikan dan mendistribusikan hujan di Jabar.
Caranya yaitu dengan meningkatkan intensitas hujan dari hujan ringan atau sedang menjadi hujan lebat melalui pembentukan awan konvektif kuat(deep convective cloud) yang berpotensi membangkitkan badai.
“Selain itu, pegunungan tersebut juga berperan dalam memicu gelombang gravitas di atmosfer sehingga penjalaran hujan terjadi lebih cepat, yang memungkinkan penggabungan banyak sel-sel hujan menjadi satu sistem badai berskala meso atau radius puluhan hingga kurang dari 100 km,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa