KedaiPena.Com – Pemerintah memutuskan untuk menggunakan Avigan sebagai salah satu perawatan pada pasien positif covid 19.
Guru Besar Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (UGM) Prof. Dra. Apt. Zullies Ikawati, PhD menyampaikan bahwa Avigan adalah nama paten dari favipiravir atau T-705.
“Ini adalah antivirus yang dikembangkan oleh Toyota Chemical Jepang untuk melawan banyak virus RNA,” kata Prof Zullies saat dihubungi, Selasa (24/3/2020).
Di Jepang, obat ini dikembangkan sebagai obat flu. Baru pada Februari 2020, digunakan di Cina untuk percobaan pengobatan penyakit COVID 19.
“Pada 17 Maret, pejabat Cina menyatakan obat itu efektif dalam mengobati covid 19 di Wuhan dan Shenzen. Dinyatakan, pasien di Shenzen yang diberi Avigan menjadi negatif terhadap virus covid 19 setelah empat hari, dibandingkan dengan yang tidak menggunakan, membutuhkan waktu 11 hari untuk menjadi negatif,” urainya.
Tim medis Jepang yang sudah menggunakan obat tersebut untuk covid 19, menyatakan obat ini kurang efektif pada mereka dengan gejala yang lebih berat.
“Mereka menggunakan obat tersebut pada 70-80 pasien tapi tampaknya kurang berefek ketika virus telah bermutiplikasi cukup banyak. Saat ini Avigan masih menunggu persetujuan dari Pemerintah Jepang untuk resmi menjadi obat covid 19,” paparnya lebih lanjut.
Prof Zullies menjelaskan mekanisme aksi favipiravir adalah dengan penghambatan selektif RNA polimerase virus sehingga menghambat sintesis RNA virus.
“Penelitian lain menunjukkan bahwa favipiravir menginduksi mutasi transversi RNA yang mematikan, menghasilkan fenotipe virus yang tidak dapat hidup. Favipiravir merupakan prodruk yang dimetabolisme human hypoxanthine guanine phosphoribosyltransferase (HGPRT) menjadi bentuk aktifnya, yaitu favipiravir-ribofuranosyl-5′-trifosfat (favipiravir-RTP),” urainya.
Farmakolog Universitas YARSI Dr. dra. Risdawati Djohan, M.Kes, Apt menjelaskan bahwa Avigan digunakan di Jepang sebagai obat untuk mengatasi influenza yang tidak dapat diobati dengan obat yang biasa digunakan.
“Menurut Drugbank, favipiravir ini termasuk obat yang diuji untuk mengobati penyakit yang disebabkan patogen yang mengancam jiwa. Seperti, virus Ebola, virus Lassa. Dan sekarang dicoba untuk covid 19,” ujarnya saat dihubungi terpisah.
Ia menekankan bahwa penggunaan obat ini harus dalam pengawasan tenaga medis ahli.
“Ini bukan untuk pencegahan dan termasuk obat keras, sehingga perlu resep dokter,” pungkasnya tegas.
Laporan: Aan