KedaiPena.com – Dampak pandemi COVID 19 dan konflik Rusia dan Ukraina dinyatakan Food and Agriculture Organization (FAO) akan terus berdampak buruk pada sektor pangan. Karena paska terganggunya distribusi, sebagian negara malah menutup perdagangan sebagai upaya menjaga cadangan dalam negeri.
Food Security and Nutrition Officer, Food and Agriculture Organization (FAO), Dewi Fatmaningrum menjelaskan sebelum pandemi dan konflik Rusia Ukraina, UN mencatat ada sekitar 800 juta orang di seluruh dunia yang belum terpenuhi kebutuhan pangannya. Dan paska pandemi dan konflik, diperkirakan akan ada penambahan 11 hingga 19 juta orang di tingkat dunia. Diperkirakan kondisi akan semakin memburuk, jika dibandingkan tahun sebelumnya, pada periode Juni hingga September 2022.
“Selain pangan, yang terdampak adalah sektor energi. Sehingga mempengaruhi kestabilan ekonomi global. Di Asia sendiri, komoditas yang terdampak adalah minyak nabati dan gandum. Dan Indonesia sebagai pengimpor pupuk dari Rusia sebesar 12 persen, juga akan mengalami dampaknya,” kata Dewi dalam acara Kementerian Perdagangan, Rabu (27/7/2022).
Bagi Indonesia, menurut Dewi, kondisi global ini memiliki dampak positif dan negatif.
“Positifnya, akan ada demand komoditas ekspor yang lebih tinggi, yang tercatat pada Maret 2022 adalah 44 persen menjadi 26 miliar Dollar Amerika. Tapi, negatifnya, terjadi juga peningkatan import sebesar 31 persen, menjadi 22 miliar Dollar Amerika,” paparnya.
Ia juga menyebutkan, adanya pengurangan suplai dan peningkatan harga akan mempengaruhi pendapatan petani.
“Suplai gandum, tercatat sebesar 27 persen, juga terdampak. Sehingga perlu dipertimbangkan untuk mencari pengimpor gandum baru, untuk kebijakan jangka panjang,” paparnya lagi.
Menyikapi kondisi global, Dewi menyatakan FAO sudah mengeluarkan himbauan pada seluruh negara.
“Misalnya, dengan membuka perdagangan pangan dan pupuk. Jadi untuk negara yang saat ini menutup (red, perdagangan bahan pangan) untuk menjaga cadangan dalam negerinya, FAO mengharapkan dapat membuka perdagangan,” ucapnya.
Dan bagi negara yang bergantung pada distribusi Rusia dan Ukraina, FAO mendorong untuk mencari suplier baru.
“FAO juga menghimbau negara selalu melindungi dan menyokong kelompok rentan serta menghindari konflik kebijakan ad hoc,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa