KedaiPena.Com – Sepekan pascaterjadinya kerusuhan di Lahan Relokasi Mandiri Tahap II Desa Lingga, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sejumlah fakta-fakta baru mulai bermunculan.
Diantaranya, soal kepemilikan lahan tersebut yang diduga ternyata bukan milik pengembang, melainkan milik seorang bernama Verawanta br Surbakti yang telah menjualkan lahan itu kepada para pengungsi relokasi.
Fakta itu diungkap langsung Verawanta saat memberi keterangan pers di Warkop Jurnalis, Jalan Sudirman, Kota Medan, Selasa (9/8).
“Saya tidak terima jika dikatakan sebagai pengembang. Saya cuma menjual tanah yang saya miliki secara sah kepada pengungsi,” ungkap Verawanta.
Menurut Verawanta, para pengungsi Sinabung memilih lahan tersebut karena dinilai cukup stragtegis, yaknidekat dengan jalan besar dan pusat perkotaan. Sejak awal tahun 2016 hingga beberapa bulan ke setelah itu penjualan lahan itu, lanjut ia, tidak ada masalah antara dirinya dengan para pengungsi dan warga Desa Lingga. “Tak ada masalah,†ucap Verawanta.
Selain soal kepemilikan lahan, Verawanta menuturkan adanya dugaan provokasi dalam kerusuhan itu. Pelakunya, sambung ia, yaitu oknum DPRD Kabupaten Karo dari fraksi PDI Perjuangan.
“Ada satu warga Desa Lingga itu yang juga anggota DPRD Karo. Jadi sebelum kejadian demo, dia sempat menelepon saya. Namanya Marthin Luther Sinulingga dari Fraksi PDIP,” bebernya.
Pengakuan Verawanta, dalam komunikasi itu, Marthin Luther Sinulingga menyatakan kasihan atas nasib lahan Verawanta di Desa Lingga. Marthin juga mengaku hendak membeli lahan milik Verawanta.
“Dia mau beli lahan saya. Dia bilang kasihan lihat saya. Dia juga sempat bilang berapa sih pengeluaran kamu untuk lahan ini, karena lahan ini sudah gagal. Saya bilang ke dia, kalau pun gagal gak akan saya jual ini bang,” kata Verawanta mengisahkan pembicaraan komunikasi itu.
Ia menambahkan, tak lama setelah komunikasi itu dimana ia tetap berkeras tak ingin menjual tanahnya, Marthin pun mengeluarka pernyataan yang bernada ancaman akan terjadi kerusuhan di lahan itu.
“Karena saya tidak mau menjual tanah itu kepadanya, kemudian dia bilang mau beli setengahnya aja, biar aman lahan itu, biar gak ada kerusuhan,” ungkap Verawanta.
(Iam/ Dom)