TANPA disadari kita memasuki Revolusi 4.0. Di dahului revolusi hijau, revolusi mental, dan kini Revolusi Industri 4.0. World Economic Forum di Davos-Klosters Oktober 2017 menekankan kesiapan SDMnya. Konvergensi teknologi adalah kata kunci yang seyogianya dibarengi dengan pemahaman lebih baik aspek talenta manusia.
Barney (1991- sekarang) yang mengenalkan resource-based view (RBV) dengan VRIO: value, rareness, imitability, dan organization pantas kita hormati dan syukuri buah pikirannya karena makin relevan untuk saat ini.
Revolusi 4.0 bertopang pada revolusi 3.0 saat internet dikenal pada 1990-an. Lawan-lawan yang tidak kelihatan menjadi tantangan Transformasi Global.
Transformasi global yang diperkenalkan oleh German logistics association “BVL†ini mengakibatkan perubahan dengan ruang lingkup yang begitu luas sehingga menyebabkan perubahan pada seluruh sistem produksi, manajemen, maupun tata kelola organisasi.
Insan Sumber Daya Manusia (SDM) perlu mengarusutamakan poin pertama Barney: value, tepatnya human resource value (HR Value)!
Refleksi bersama menghasilkan Rekonstruksi: apakah human atau people sudah benar-benar menjadi sumber utama asset organisasi saat ini? Masih bisa dilanjutkan pula, people macam apakah yang diperlukan?
Bagaimana dengan talenta lain yang tidak sesuai dengan visi, misi, dan proses bisnis organisasi? Bagaimana dengan interaksi manusia dengan teknologi organisasi?
HCI 2016 WEF Indonesia masih bertengger di nomor 72, masih jauh di bawah Singapura (13), Malaysia (42), dan Thailand (48) serta Filipina (49).
Berita bagusnya adalah kita di urutan 6 dalam menghasilkan lulusan bidang STEM (science, technology, engineering, dan mathematics).
Sedangkan, era disruptive digital sekarang data technology: baik big data maupun small data sudah melampaui komputasi awan (cloud computing).
Sehingga pendekatan serba sistem era disrupsi, yang ditandai internet sebagai leverage, menjadi keniscayaan yang harus kita terima.
Semboyan change or die menjadi nyata, bukan teori atau strategi sehingga perlu tindakan nyata juga.
Perubahan, –baik yang terpaksa kaget, responsif, terencana, maupun terpaksa–, menjadi agenda semua organisasi. Pemenang perubahan (change champion) menjadi tujuan setiap organisasi.
Ada yang berhasil, namun banyak yang gagal! Syukurnya, ada 4 startup unicorn (Gojek, Bukalapak, Traveloka, dan Tokopedia) dengan valuasi nilai global di atas 1 M USD.
Banyak startup yang premature atau tidak tahan hidup. Gojek sudah merambah ke semua negara ASEAN. Traveloka sudah menjadi pemain utama di Thailand dan Sophie (dari Singapura) sudah menjadi idola gadis-gadis dan ibu-ibu Indonesia.
Budaya-Baru Manajemen Manusia dan Organisasi menjadi pekerjaan rumah bagi setiap organisasi agar menghasilkan: budaya kerja baru, kapabilitas dan perubahan yang seiring, serasi, dan sejalan.
Engagement program dan organization citizenship behavior (OCB) yang menjadi bagian dari kinerja jaman now tidak terlepaskan dalam kebijakan reward and compensation management.
Early retirement program pun, dengan terpaksa mesti dijalankan menjadi sukarela dan suka cita. Tentunya dengan mengedepankan strategic partnership.
Untuk tantangan HR 4.0 adalah Budaya Kerja Baru berbasis: value dan teknologi. Manajemen talenta menjadi makin mendesak dan makin perlu direkonstruksi baik oleh otoritas pemerintah maupun pelaku industi.
Prinsip thinking ahead, thinking again, dan thinking across (Neo dan Chen, 2007) dapat mengatasi hambatan dan menghasilkan solusi alternatif dan keunikan lokal.
Revolusi Digital ditandai oleh proliferasi komputer dan otomatisasi pencatatan di semua bidang. Otomatisasi di semua bidang dan konektivitas adalah tanda nyata dari HR 4.0.
Beberapa kantor sudah mempraktikan flextime dan remote working, work life balance makin dinikmati pekerja muda sehingga menjadi work life integration.
Karena itu, penilaian IHCA 2018 ini adalah rekonstruksi atas kinerja human capital tahun pelaporan 2016 yang dipublikasikan pada awal sd pertengahan 2017.
Melalui Konfirmasi Wawancara Mendalam, Data Publik, dan Diskusi Board of Jury IHCA IV 2018 berasal dari institusi yang bereputasi tinggi: Indonesia HR Institute (IndHRI), Economic Review, Universitas Trilogi, IPMI International Business School, Perbanas Institute, KNOCO Indonesia, NBO Group, Thomas Insternational, Wisesa Latih Indonesia, dan Astra Group) tersebut memutuskan para pemenang IHCA 2018 atau penyelenggaraan tahun ke-4 seperti yang akan kita terimakan hari ini.
Hasilnya dilandasi semangat kolaborasi, bukan kompetisi sehingga dapat dikatakan inilah saat pembelajaran dalam suasana pesta insan human capital Indonesia.
Pujian dan saling menguatkan dalam sebuah awarding adalah motivasi moral serta Motivasi Kinerja menghadapi era disrupsi digitalisasi sumber daya manusia.
Terima kasih kepada Menteri Tenaga kerja RI, Bapak M. Hanif Dhakiri yang mendukung tema kali ini “Gerakan SDM Indonesia Kompeten 2019†(Preparing Indonesia Human Capital Management in Digital and Disruptive Era).
Selamat kepada para pemenang dan terima kasih atas kerjasama yang diberikan oleh para peserta terutama yang bersedia membagi pengalaman baik saat wawancara maupun diskusi panel tadi.
Inovasi dan pengembangan kapabilitas adalah hasil yang diharapkan. Pengembangan diri dan sejawat adalah kuncinya dan serba sistem lunak SDM adalah hasilnya.
Pemecahan masalah kompleks (makro-mezo-mikro) atau dikenal juga complex problem solving (CPS) membutuhkan kerendahan hati pembelajar individu maupun pembelajar organisasi.
Sikap inklusif keduanya membawa kita melalui gelap dan dinginnya malam menyongsong Fajar Baru SDM.
Fajar Baru HR 4.0 adalah Human Value. Saya yakin suatu saat “badai†teknologi ini akan reda dan tercipta keseimbangan baru “memanusiakan manusia melalui teknologi†jika kita mau berbagi. Teruslah berinovasi dengan talenta sejati Anda dan berbagi dengan murah hati.
Oleh Dr. Stefanus Sadana, M.Si; Dosen Perbanas Institute.