KedaiPena.Com – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menjelaskan, apa yang disampaikan ketua umumnya, Prabowo Subianto adalah bentuk kegelisahan terhadap kondisi bangsa dan negara.
Kata dia, begitu banyak hal yang membuat khawatir. Misalkan soal gini ratio, gap ekonomi, maraknya impor, maraknya tenaga kerja asing, disintegrasi sosial dan negara.
“Sampai soal kenaikan BBM. Hal itu merupakan bagian dari sistem ekonomi neoliberal,” kata Wakil Ketua DPR itu dalam diskusi di ILC, Jakarta, Selasa malam (3/4/2018).
Ia juga mengatakan, hal yang disampaikan Prabowo bukanlah marah-marah.
“Pidato Pak Prabowo adalah sebuah peringatan. Ia tak sedang meramalkan Indonesia akan bubar. Ia sedang memberi peringatan jika negeri ini bisa bubar kalau tak dikelola dengan benar,” tegas dia.
Di sisi lain, Fadli Zon juga seperti meminta politisi PDIP Adian Napitupulu untuk ‘move on’.
Adian, memang kerap menyerang Prabowo sebagai bagian yang memiliki dosa Orde Baru.
Dalam ILC kali ini, bahkan ia menilai marah-marahnya mantan Danjen Kopassus ini, seperti mengkritik mantan mertuanya, Jenderal Soeharto yang membawa Indonesia ke masa otoritarian.
“Itu 20 tahun yang lalu. Kita bicara ke masa depan, harus visioner dan berbasis data,” sambungnya.
Sebelumnya, Prabowo juga sempat menyinggung sistem ekonomi neoliberal yang dianggapnya keliru karena sudah terbukti gagal dan tidak memberikan kemakmuran pada rakyat.
“Pada tahun 2004 saya sudah bilang, tapi tidak didengar. Saya dulu neolib juga, saya dulu percaya dengan neolib, orde baru di ujungnya juga neolib, yang kaya hanya segelintir enggak apa-apa, karena nanti menurut teori neolib, kekayaannya yang satu persen akan menetes ke bawah,†katanya.
“Masalahnya adalah tokoh Barat juga mengkritik, menetes ke bawahnya kapan, sedang ahli ekonomi di Barat mengatakan iya nanti sesudah kita mati semua. Alias tidak ada menetes ke bawah. Orang kalau sudah kaya raya pinginnya kaya lagi. Ini menyengsarakan rakyat,†timpalnya lagi.
Laporan: Muhammad Hafidh