KedaiPena.Com – Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon mengaku belum melihat kerja keras pemerintah untuk mengurangi ketimpangan ekonomi yang terjadi di Indonesia saat ini.
Demikian disampaikan oleh Fadli saat menanggapi pidato Menteri Keuangan Sri Mulyanimengenai Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) RAPBN 2019 pada rapat Paripurna DPR, Jumat, 18 Mei 2018.
“Pemerintah hanya menargetkan rasio gini tahun 2019 berada di kisaran 0,38 hingga 0,39 saja. Artinya, tidak berbeda jauh dengan angka rasio gini tiga tahun terakhir,” ujar Fadli dalam keterangan yang diterima redaksi, ditulis Minggu (20/5/2018).
Fadli pun mengakui, meskipun dalam tiga tahun terakhir rasio gini kita cenderung turun. Namun, penurunan itu terjadi bukan karena membaiknya perekonomian rakyat kecil. Tapi lebih karena penurunan spending dari golongan kelas menengah kita, sehingga kini gap-nya jadi lebih kecil.
“Artinya, turunnya angka rasio gini tadi tidak menunjukkan adanya perbaikan ekonomi,” tegas Fadli.
Tidak hanya itu, lanjut Fadli, pidato Menteri Keuangan yang mengungkapkan desain APBN di tahun 2019 akan difokuskan untuk pengembangan sumber daya manusia sebenarnya terdengar bagus asal dilakukan tiga atau empat tahun lalu.
“Menjelang tahun-tahun politik, fokus pada pengembangan sumber daya manusia patut dicurigai penuh dengan bias populisme. Kita akan cermati rencana teknis pemerintah terkait pengembangan sumber daya manusia ini. Jangan sampai APBN kita ditunggangi oleh belanja politik,” beber Fadli.
Fadli juga menyentil, target pertumbuhan ekonomi yang dicanangkan pemerintah juga menurut saya terlalu ambisius, tidak realistis pasalnya pemerintah malah mematok target pertumbuhan ekonomi 5,4 hingga 5,8 persen.
“Pemerintah sudah terlalu sering menyusun agenda yang realisasinya pasti tidak tercapai. Dan itu akan kembali diulang untuk APBN 2019,” ungkap Fadli.
Secara umum, Fadli mengharapkan, agar APBN 2019 seharusnya dapat dirancang untuk menghadapi kemungkinan terjadinya krisis. Tapi hingga saat ini saya belum melihat pemerintah melakukannya.
“Karena kita adalah negara dengan jumlah pasar domestik terbesar di ASEAN. Jika dikelola dengan baik, mestinya pertumbuhan ekonomi kita tak kalah dari Filipina yang pada 2017 mencapai 6,6 persen, atau Vietnam yang mencapai 6,8 persen,” pungkas Fadli.
Laporan: Muhammad Hafidh