KedaiPena.Com – Politikus PDIP Eva Kusuma Sundari mengaku sepakat dengan prediksi begawan ekonomi Rizal Ramli soal pertumbuhan ekonomi RI yang akan ‘nyungsep’ di tahun 2019 ini.
Eva begitu ia disapa meminta agar pemerintah dapat mengkalkulasi ulang pertumbuhan ekonomi RI yang ditargetkan yakni sebesar 5,2 persen di 2019 ini.
“Jadi saya setuju ada kalkulasi ulang soal target pertumbuhan ekonomi. Walaupun prediksi saya tidak sedratis ramalan Rizal Ramli, ” papar Eva saat berbincang dengan KedaiPena.Com, Senin, (19/8/2019).
Eva juga meminta agar Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat meyakinkan kabinet ekonomi khususnya agar dapat menemukan kompensasi kecenderungan turunnya pertumbuhan ekonomi di 2019 ini.
Tidak hanya itu, Eva juga berharap, agar tim ekonomi RI dapat melakukan terobosan-terobosan kebijakan dalam menghadapi situasi ekonomi global yang sedang tidak kondusif.
“Jadi apakah pertarungan Indonesia mampu mencapai terobosan dari situasi ekonomi global yang tidak kondusif saat ini. Biasnya kalau dalam situasi ekonomi resesi ini, piihanya harus mengandalkan domestik ekonomi,” ujar Eva.
Eva pun mengaku sudah mengingatkan pemerintah agar dapat menggenjot pendapatan sejumlah sektor untuk mengantisipasi situasi ekonomi global yang tidak kondusif ini.
“Saya sudah bicara ke BI untuk mengenjot pariwisata, sektor pertanian harus di beri insentif karena walaupun resesi orang tidak berhenti makan, tapi bisa dengan cara mengurangi pembelian manufaktur,” papar Eva.
Tidak Kondusifnya Ekonomi Global Jadi Tantangan Indonesia
Anggota Komisi XI DPR RI ini menilai situasi ekonomi global yang tidak kondusif menjadi tantangan RI. Telah terjadi fenomena global yang menyebabkan pelambatan ekonomi di negara- negara besar.
“Dimulai dari Amerika Serikat yang dampak insentif, dari pajaknya (Presiden AS Donald) Trump juga tidak efektif, lalu juga di Cina terjadi pelambatan dan ini makin terverifikasi ketika target pertumbuhan economic Singapura dari 1 menjadi nol,” imbuh Eva.
Dengan demikian, Eva melanjutkan, pelambatan ekonomi dua negara besar tersebut akan memberikan dampak siginifikan kepada Indonesia.
“Saya yakin ekonomi Cina melambat, maka komoditi Indonesia juga menurun. Belum lagi Amerika Serikat pasti juga akan mengurangi pembelian (Komoditi) dari Indonesia,” ungkap Eva.
Prediksi Eva pun dikuatkan dengan mulai anjloknya harga minyak dan komoditi Indonesia saat ini. Padahal, kata Eva, di RAPBN 2019 minyak dan sejumlah komoditi menjadi sektor unggulan RI.
“Sebetulnya Indonesia dan Vietnam ini merupakan negara yang diperkirakan akan tumbuh positif ekonominya. Tapi saya setuju koreksi saja karena asumsi ketika menentukan pertumbuhan di RAPBN 2019 lalu sudah berubah semua,” tandas Eva.
Sebelumnya, Begawan Ekonomi Rizal Ramli memprediksi ekonomi Indonesia bakal ‘nyungsep’ tahun ini. Rizal memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang 2019 cuma sebesar 4,5%.
“Kami ingin mengatakan bahwa tahun ini ekonomi Indonesia akan makin nyungsep, pertumbuhan ekonominya paling hanya 4,5%,” kata pria yang akrab disapa RR di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Senin (12/8/2019).
Mantan Menteri Koordinator perekonomian ini menilai nantinya pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintah 5,2% di tahun ini menurut Rizal tak akan tercapai.
“Pemerintah awal tahun mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal 5,2% tapi data terakhir 5,0%. Dugaan kami anjlok terus jadi 4,5%. Kemudian indikator makro menunjukkan kecenderungan makin merosot,” beber RR.
Laporan: Muhammad Hafidh