KedaiPena.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan ada beberapa tantangan dan peluang dalam pengembangan sustainable aviation fuel (SAF) atau bioavtur, yang merupakan bahan bakar penerbangan ramah lingkungan.
Direktur Bioenergi Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Edi Wibowo menyatakan tantangan pertama adalah terbatasnya ketersediaan jumlah dan jenis bahan baku untuk produksi SAF.
“Bahan baku yang digunakan menghindari kompetisi dengan makanan dan bahan baku industri lainnya,” kata Edi dalam Focus Group Discussion Institute for Development of Economics and Finance (Indef), ditulis Kamis (14/12/2023).
Tantangan kedua adalah bagaimana mengurangi biaya produksi hingga sebanding dengan bahan bakar avtur agar SAF layak secara ekonomi dan produksi dapat ditingkatkan secara signifikan.
“Tantangan berikutnya adalah perihal masih terbatasnya infrastruktur untuk produksi, penyimpanan, dan distribusi SAF. Dan tantangan keempat, yakni proses sertifikasi yang rumit,” ujarnya.
Selanjutnya tantangan kelima, yaitu penelitian dan pengembangan teknologi dan inovasi proses yang berkelanjutan untuk menjadikan SAF sebagai bahan bakar aviasi yang affordable.
“Saat ini, yang sudah mau mulai mengembangkan adalah Pertamina. Kami dengar, ada juga beberapa badan usaha yang mulai tertarik untuk mengembangkan SAF ini,” ujarnya lagi.
Dan tantangan terakhir adalah perlunya peningkatan kesadaran dan pemahaman masyarakat mengenai manfaat SAF untuk mendorong dukungan yang lebih besar dari pembuat kebijakan dan investor.
Di tengah berbagai tantangan tersebut, Edi menyatakan peluang pengembangan SAF ini juga sangat besar. Misalnya, permintaan domestik dan pasar internasional yang tinggi, potensi dan alternatif bahan baku domestik yang tersedia serta dukungan kebijakan pemerintah dan global untuk penggunaan SAF sebagai bahan bakar rendah karbon.
“Oleh karena itu, saya mengharapkan langkah selanjutnya yang dapat dilakukan, yakni mengembangkan peta jalan bioavtur untuk penerbangan komersial dan mendorong produksi bioavtur dalam skala industri dengan harga keekonomian yang terjangkau,” tandasnya.
Seperti diketahui, pada 27 Oktober 2023, Pertamina dan Garuda Indonesia melaksanakan penerbangan komersil perdana menggunakan bahan bakar ramah lingkungan, Pertamina SAF atau bioavtur dengan rute penerbangan dari Bandara Soekarno-Hatta (Tangerang) menuju Bandara Adi Soemarmo (Surakarta), dan kembali ke Jakarta.
Perjalanan Pertamina SAF telah diinisiasi sejak 2010 melalui Research & Technology Innovation Pertamina dengan melakukan riset pengembangan produk dan katalis. Pada 2021, PT Kilang Pertamina Internasional berhasil memproduksi SAF J2.4 di Refinery Unit IV Cilacap dengan teknologi co-processing dari bahan baku refined bleached deodorized palm kernel oil (RBDPKO) atau minyak inti sawit yang telah mengalami proses pengolahan pemucatan, penghilangan asam lemak bebas dan bau, dengan kapasitas 1.350 kilo liter (KL) per hari.
Hasil dari serangkaian pengujian yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa performa SAF J2.4 memiliki kualitas yang sama dengan avtur konvensional.
Laporan: Ranny Supusepa