KedaiPena.com – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan butuh waktu untuk dua tahun untuk penerapan pelarangan ekspor. Karena pasar domestik belum dapat menyerap seluruh hasil pertambangan timah.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin menyatakan Indonesia perlu waktu setidaknya dua tahun menunggu pembangunan pabrik hilir timah sebelum melarang ekspor.
“Indonesia merupakan produsen dan pemasok logam timah nomor dua terbesar di dunia, tapi rata-rata penyerapan timah dalam negeri rata-rata hanya 5 persen saja. Kemudian juga dukungan kebijakan insentif dan lainnya yang saat ini belum ada,” kata Ridwan, Kamis (2/2/2023).
Untuk mengantisipasi rencana pelarangan ekspor timah ini, lanjutnya, KESDM juga telah membentuk kelompok kerja (Pokja) untuk mengantisipasi larangan ekspor logam timah, yang terdiri dari Kementerian Lembaga (K/L) pemerintahan, asosiasi profesi, termasuk Kadin, dan pihak lainnya untuk diajak berdiskusi.
“Kalau boleh berpendapat juga ini adalah persiapan larangan ekspor yang paling serius yang kami siapkan jadi pada gilirannya nanti akan dilaporkan rekomendasi dari Pokja ini,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan lebih jauh mengenai peningkatan nilai tambah jika logam diolah menjadi produk hilir. Misalnya saja, jika timah diproduksi menjadi Tin Soldier nilai tambah bisa naik 1,1 kali lipat dibandingkan logam timah. Kemudian jika menjadi Tin Chemical nilai tambah akan naik 1,75 kali lipat dan jika menjadi Tinplate akan meningkat 1,5 kali lipat.
“Hasil Pokja menganalisis mengenai aspek teknis dan ekonomi dari sejumlah produk hilir timah tersebut. Jika logam timah diproduksi menjadi timah soldier, capex yang dibutuhkan untuk membangun pabrik diperlukan modal Rp20 miliar. Lalu jika mau membangun pabrik Tin Chemical dibutuhkan investasi Rp300 miliar dan untuk Tinplate dibutuhkan dana Rp2,3 triliun,” ujarnya lagi.
Adapun rata-rata waktu yang diperlukan untuk membangun pabrik tersebut kurang lebih dua tahun.
“Jika larangan ekspor logam timah dilakukan dalam waktu dekat, maka kami juga perlu menghitung dan menyiapkan sejumlah strategi,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa