KedaiPena.Com – Di pemerintahan Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono, ada ruang yang cukup untuk kritik terhadap penguasa.
Di era Megawati, misalnya, walaupun kerap mengkritik tetapi pihak penguasa, terutama suami Megawati, almarhum Taufiq Kiemas, bisa memahami kritik itu sebagai bagian dari demokrasi.
Demikian dikatakan Tokoh Nasional Rizal Ramli lewat akun Twitter miliknya, @RamliRizal, beberapa saat lalu.
RR menambahkan, bahkan Taufiq meminta anggota PDI Perjuangan untuk tidak menyerang Rizal Ramli.
“Ketika Mbak Mega Presiden, saya tetap bersikap bersahabat, kritis & solutif jika menyangkut hal-hal strategis,” cerita RR.
“Tidak ada serangan balik dari teman-teman PDIP. Ternyata Bang TK ingatkan, jangan ganggu RR karena dia sejak muda berjuang untuk RI. Hari ini berbeda, ‘buzzers’ dibayar untuk ‘bully’,” sambung Rizal Ramli, eksponen mahasiswa 77-78 ini.
Eks penasehat ekonomi PBB ini melanjutkan, pada era SBY, hal yang kurang lebih sama juga terjadi. SBY memberikan respon positif atas berbagai kritik yang dia sampaikan. Seperti mengurangi utang kepada IMF dan pembubaran CGI.
“Ketika SBY Presiden, saya sangat kritis terhadal pola kebijakan neoliberal. Dengan Tim Indonesia Bangkit, kami dorong supaya percepat pembayaran utang IMF, bubarkan CGI dan lainnya,” Rizal menceritakan.
“SBY, merespons positif, sembari kadang-kadang sebel. Hari ini auranya semakin otoriter, kritis dikit di-‘bully’ pakai ‘buzzers’ bayaran,” tandas RR, panggilan Rizal Ramli.
Laporan: Muhammad Hafidh