KedaiPena.com – Anggota Komisi VI DPR RI, Fraksi PKS, Nevi Zuairina menyatakan ID Food bukan untuk pertama kalinya mengajukan PMN tahun ini.
Pada tahun 2023, melalui PT Rajawali Nusantara Indonesia, ID Food juga mengajukan 2 PMN sekaligus yaitu PMN Tunai sebesar Rp2 triliun, dan PMN Non Tunai sebesar Rp2,6 triliun, untuk memperbaiki struktur keuangan dari sisi Debt to Equity Ratio agar memberikan advantages ke sisi perbankan.
“Waktu tahun 2023 lalu, ID Food sudah menyampaikan presentasinya ke kami di Komisi VI DPR-RI, bahwa bila dengan PMN (baik Tunai dan Non Tunai tersebut), maka proyeksi keuangan akan tumbuh, ada peningkatan laba bersih perusahaan. Saat itu ditargetkan angka laba bersihnya sampai Rp1,185 triliun di tahun 2024 (bila dengan PMN). Ini harus ditagih dulu kinerja ID Food dengan PMN tahun lalu,” kata Nevi dalam keterangan tertulisnya, Rabu (24/7/2024).
Komitmen ID Food juga adalah, bila dengan PMN (yang diajukan tahun lalu, artinya PMN untuk tahun 2024 ini), maka total Liabilitasnya menjadi Rp10,635 triliun dan Ekuitasnya Rp20,012 triliun. ID Food perlu transparan dengan kinerjanya selama menggunakan PMN ini bagaimana dampak yang telah dihasilkan.
Untuk PMN yang diajukan ID Food, yaitu sebesar Rp1,62 triliun adalah untuk modal kerja dan investasi program Cadangan Pangan Pemerintah (CPP). Fraksi PKS sendiri mendesak ID Food agar dapat berperan juga agar dapat menahan gejolak harga pangan dan benar-benar bisa mensuplai kebutuhan makan rakyat Indonesia.
“Oleh karena itu, PMN harus digunakan seefektif mungkin untuk kebutuhan primer dalam melayani kebutuhan rakyat, dan meningkatkan performa perusahaan, karena itulah BUMN dibentuk,” ujarnya.
Terkait dengan utang ID Food yang sudah mencapai Rp8,2 triliun, ia menyatakan utang Jumbo tersebut yang memang harus dibayar, ditanggung ID Food.
“Bila perlu, lakukan restrukturisasi keuangan. Tapi yang namanya utang harus dibayar,” tegas Nevi.
Ia menekankan kondisi utang Jumbo Juli 2024 ini, juga perlu diselidiki apakah ada mismanajemen, apakah ada kelalaian, atau apakah ada unsur moral hazardnya.
“Apalagi setelah diketahui bahwa kondisi utang perbankan yang terlalu tinggi dengan beban bunga pinjaman ID Food pada 2023 mencapai Rp626 miliar per tahun, disaat laba (gross profit margin/GPM) ID Food juga mengalami penurunan selama periode 2019-2022 hingga minus 11 persen. ID Food harus benar-benar berbenah dan kerja keras,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh