Artikel ini ditulis oleh Inas N Zubir, Politisi Senior Partai Hanura.
Endorse adalah kegiatan promosi produk atau jasa yang melibatkan dukungan dari tokoh terkenal atau selebriti. Strategi ini menjadi bagian penting dari pemasaran modern karena mampu memberikan berbagai manfaat, seperti meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap merek, mendorong penjualan, serta memperkuat kredibilitas produk di mata konsumen.
Dalam konteks politik, endorsement juga berfungsi sebagai strategi pemasaran bagi calon pemimpin untuk meraih kemenangan dalam pemilihan umum. Ketika seorang calon mendapatkan dukungan dari figur publik atau influencer, hal ini dapat memberikan dampak signifikan terhadap citra dan daya tariknya di mata pemilih.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika ada partai politik seperti PDIP merasa terancam ketika lawan politiknya menggunakan endorsement dari tokoh besar seperti Jokowi sebagai bagian dari strategi pemenangan lawan. Ketakutan ini muncul karena endorsement dari Jokowi dapat mempengaruhi persepsi publik dengan cepat dan efektif, sehingga para petugas partai dari PDIP sering kali merasa perlu untuk merespons dengan agresif, bahkan berupaya untuk menyudutkan atau mempersoalkan legitimasi dukungan tersebut. Hal ini menciptakan keriuhan diruang publik.
Mengapa PDIP merasa takut terhadap endorsement Jokowi? Persoalannya terletak pada tingginya approval rating Jokowi, yang terus menjadi ancaman signifikan bagi partai tersebut. Dalam konteks Pilpres 2024, dukungan publik yang kuat terhadap Jokowi telah menggerus basis elektoral PDIP, baik dalam pemilihan presiden maupun pemilihan legislatif. Ketegangan ini menciptakan suasana yang membuat elit PDIP merasa gundah gulana, karena mereka harus bersaing dengan popularitas dan pengaruh Jokowi yang tetap kuat di tengah dinamika politik yang semakin kompetitif.
[***]