Artikel ini ditulis oleh Arief Gunawan, Pemerhati Sejarah.
Pangeran Bernhard pingin jadi Oonderkoning (Raja Muda).
Suami Ratu Belanda Juliana ini kirim Westerling membantai rakyat & berkongsi dengan elit pengkhianat untuk memperpanjang kekuasaan Belanda di Indonesia.
Ratu Juliana percaya dukun. Rumah tangganya tiada harmonis.
Bernhard yang trah bangsawan Jerman dan kader Nazi itu menganggap Juliana lemah, karena membiarkan Indonesia lepas setelah 350 tahun menjajah.
Apakah yang akan terjadi kalau usahanya berhasil?
Indonesia dipecah jadi Uni Indonesia-Belanda, seperti Persemakmuran Britania Raya.
Spirit Oonderkoning sekarang rupanya terjadi lagi, dengan pemeran berbeda dan lakon serupa tetapi tak sama.
Bentuknya memperpanjang masa jabatan presiden jadi tiga periode, yang merupakan pelanggaran konstitusi dan aji mumpung belaka karena alasan Covid-19.
“Kok ndak tahu diri amat, mau memperpanjang masa jabatan. Enam tahun saja sudah ambyar. Prestasinya mewariskan beban utang yang luar biasa untuk generasi yang akan datang,” tulis tokoh nasional Dr Rizal Ramli di akun twitter-nya baru-baru ini.
Belanda perlu 350 tahun untuk bikin Indonesia ambyar, di masa sekarang ternyata perlu 6 tahun doang.
Bagaimana dengan utang yang menggunung?
Lembaga riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memperkirakan stok (outstanding) utang pemerintah bakal melonjak ke Rp 9.800 triliun pada akhir periode kedua pemerintahan Jokowi, Oktober 2024.
Sebagai catatan, utang pemerintah per akhir Juni 2021 mencapai Rp 6.554,56 triliun.
Angkanya melonjak dibandingkan posisi awal pandemi Covid-19, per Maret 2020, yang berkisar Rp 5.192 triliun.
“Dalam 1,5 tahun sejak pandemi, stok utang bulanan pemerintah rata-rata bertambah Rp 102,2 triliun. Melonjak 3 kali lipat dari stok utang periode Oktober 2014-Desember 2019 yang berada pada kisaran Rp 35,2 triliun,” kata Direktur IDEAS Yusuf Wibisono dalam keterangan tertulis, Jumat (27/08/2021).
Yusuf mengungkapkan, pada periode pertama Presiden Jokowi, stok utang pemerintah bertambah Rp 2.155 triliun. Lalu, pada periode ke-2, stok utang pemerintah diprediksi naik Rp 5.043 triliun.
Meninggalkan legacy utang dengan besaran sangat besar tentu bukan prestasi, sama seperti ambisi Oonderkoning yang kalau terwujud hanya akan menghasilkan kehancuran bangsa.
Kehancuran fatal yang akan menggenapi berbagai kerusakan yang sudah terjadi saat ini.
[***]