KedaiPena.Com – Founder LSI, Denny JA sudah menulis di bulan Maret 2016, calon petahana DKI Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok kuat, namun bisa dikalahkan dengan mengungkapkan beberapa alasan. ‎Prediksi ini kini terbukti.
“‎Ada empat alasan mengapa Ahok menjadi common enemy, data ini diperoleh melalui riset kualitatif,” kata Denny saat memaparkan riset Bulan Oktober LSI kepada KedaiPena.Com, ditulis Rabu (5/10).‎
Pertama, akibat isu kebijakan publik yang tak disukai: kebijakan penggusuran beberapa wilayah seperti Kampung Pulo, Kalijodo, Pasar Ikan, Kampung Luar Batang, dan lainnya. Selain itu dampak dari kebijakan reklamasi teluk Jakarta.
‎
“Dua jenis kebijakan ini (penggusuran dan reklamasi) memiliki pendukung dan kontranya. Namun kebijakan ini yang membuat Ahok tak populer di kalangan wong cilik, yang acapkali menjadi korban. Aneka gerakan civil society di bidang terkait ikut membesarkan sentimen anti Ahok,” sambung dia.‎
Kedua, isu kepribadian. Â Karakter Ahok yang kasar dan suka memaki orang di publik dianggap bukanlah tipe pemimpin yang layak diajarkan bahkan ditonton anak-anak. Jika Ahok menang dengan karakter seperti itu, Ahok akan ditiru.Â
“Bahkan orang tua yang a-politis bisa ikut menyebarkan sentimen anti Ahok hanya soal karakter suka memaki di depan publik itu,” jelas dia.‎
Belum lagi sikapnya yang dinilai tidak konsisten. Suatu ketika ia mencerca partai politik dan hanya ingin maju lewat jalur independen. Namun selanjutnya ia berjuang mencari dukungan partai politik.
“Ketiga, isu primordial. Hasil riset LSI (Lingkaran Survei Indonesia) menyebutkan terdapat sekitar 40 persen pemilih muslim DKI tidak bersedia dipimpin oleh pemimpin yang non muslim. Mereka berjuang militan agar Ahok tidak terpilih sebagai bagian dari girah agama,” Denny manambahkan.‎
Kini bahkan etnis Ahok ikut dipersoalkan. KemenanganAhok dikwatirkan menjadi stimulus semakin dominannya etnis Tionghoa di bidang ekonomi. ‎Bahan kemenangan Ahok dikaitkan dengan pertarungan global RRC menguasai Asia dan dunia.
Terlepas apakah alasan ini masuk akal ataupun tidak, namun isu ini efektif menumbukan sentimen anti Ahok.
“Kita sungguh prihatin dan selalu tak setuju dijadikannya isu primordial sebagai basis attacking. Namun hal ini yang kini terpotret dalam pilkada DKI,” kata pria yang kerap menulis puisi itu.‎
Keempat, Â hadirnya kompetitor yang fresh: Agus Harimurti dan Anies Baswedan. Dua figur ini belum dibicarakan dua bulan lalu. Kehadiran mereka kini bisa mengambil banyak pemilih yang dulu pro-Ahok, atau yang ragu-ragu.
Â
Namun banyak sukses story Ahok yang juga dipuji. Kali jakarta yang bersih, hadirnya pasukan oranye yang sigap benahi lingkungan, keberanian Ahok melawan sisi gelap politik tetap diapresiasi. ‎Success story itu yang membuat dukungan Ahok masih nomor satu walau sudah merosot drastis.
(Prw)