KedaiPena.com – Potensi terjadinya El Nino pada periode Mei atau Juni hingga Agustus dan September, dinyatakan akan mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menilai El Nino perlu diwaspadai karena bisa berdampak signifikan terhadap stok pangan di dalam negeri dan menyebabkan kenaikan inflasi.
“Pada 2015, fenomena El Nino menyebabkan inflasi harga pangan bergejolak (volatile food) mencapai 4,84 persen year on year (YoY). Sementara pada Januari 2016, inflasi harga pangan bergejolak menembus 6,77 persen YoY,” kata Bhima, Minggu (30/4/2023).
Ia menuturkan, padahal Januari biasanya inflasi cenderung rendah, tapi El Nino menyebabkan anomali pada awal 2016.
“Dengan kondisi inflasi pada 2023 diperkirakan berkisar 4,5 persen-5 persen, kondisi El Nino bisa memperburuk ekspektasi inflasi. Kekeringan ekstrem harus mulai di mitigasi terutama di kantong penghasil pangan utama,” ujarnya.
Bhima memprediksi, inflasi dapat mencapai 5-5,5 persen pada akhir 2023. Sebelumnya, Bank Indonesia telah mentargetkan inflasi 2023 berada pada angka 3 persen plus minus satu persen.
Atas dasar hal tersebut, ia menyarankan Badan Pangan harus segera bertindak. Hal ini tidak selalu dijalankan dengan menambah impor beras.
“Beberapa daerah yang sedang panen raya gabah mungkin prioritas diserap pemerintah dulu,” kata Bhima.
Harga Pangan, lanjutnya, menjadi prioritas karena berpotensi menciptakan berbagai dampak negatif mulai dari kenaikan jumlah rumah tangga miskin hingga pengangguran di sektor pertanian.
“Risiko El Nino juga mempengaruhi keputusan penambahan investasi di sektor perkebunan dalam 2-3 tahun ke depan. Setelah sebelumnya, pada 2021-2022, investasi di sektor perkebunan meningkat, terutama bertepatan dengan lonjakan harga CPO di luar perkiraan di pasar ekspor. Harga CPO pada 28 April 2023 alami tekanan hingga merosot 48,8 persen Yoy. Jadi faktor harga yang turun juga berkontribusi pada tertundanya investasi di sektor sawit,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa