KedaiPena.com – Dalam program Ekspedisi Sungai Nusantara, ECOTON menemukan bahwa pencemar plastik terbesar di sungai adalah beberapa brand terkemuka. Karena itu ECOTON berharap dapat berkolaborasi dengan setiap komponen masyarakat, pelaku usaha dan pemerintah untuk secara bersama mengambil langkah penjagaan sungai dari aktivitas pencemaran.
Divisi Edukasi ECOTON Foundation, Alaika Rahmatullah menyatakan dalam program Ekspedisi Sungai Nusantara yang digelar oleh ECOTON, ada kegiatan Brand Audit untuk mengidentifikasi sampah plastik berdasarkan merek dan perusahaan yang berkontribusi terhadap sampah di lingkungan.
“Brand yang mendominasi di masing-masing sungai pun berbeda-berbeda. Namun kami merangkum 5 teratas pencemar yang sering kami jumpai diantaranya adalah Wings, Unilever, Indofood, Mayora dan Garuda Food. Mayora selalu memasuki 5 teratas pencemar pada setiap kegiatan brand audit yang kami temukan. Kedepannya kami berharap harus ada tanggung jawab produsen terhadap sampah yang telah mereka hasilkan,” kata Alaika dalam keterangan tertulis, Minggu (23/10/2022).
Ia juga menyampaikan melalui program Ekspedisi Sungai Nusantara, ECOTON menginisiasi untuk memeriksa kesehatan 68 sungai strategis nasional guna penelitian seputar mikroplastik, kualitas air, dan brand audit.
Disampaikan, Tim Ekspedisi Sungai Nusantara telah mengunjungi pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan kini tengah dalam ekpedisi ke Pulau Sulawesi. Rencana ekspedisi ini akan terus berlanjut ke pulau-pulau yang lain di kepulauan nusantara hingga akhir tahun 2022.
“Kami telah mengunjungi 35 sungai di Indonesia, dan kesehatan sungai-sungai di Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Ternyata semuanya positif terkontaminasi mikroplastik,” ujarnya.
Terkait pelabelan galon plastik sekali pakai dengan label BPA Free, Alaika berpendapat bahwa justru kebijakan itu akan menimbulkan permasalahan baru.
“Pada dasarnya kemasan plastik apapun tetap berbahaya. Kita melihat dari bahan dasar pembuatan plastik yang berawal dari resin kemudian ditambahi dengan polimer tertentu yang mengandung senyawa kimia berbahaya. Plastik yang terkena panas atau sinar matahari pun juga rentan berpotensi terfragmentasi menjadi partikel mikroplastik. Tidak menutup kemungkinan hal ini juga terjadi pada kemasan galon sekali pakai,” ujarnya lagi.
Ia menegaskan bahwa partikel ini sangat berbahaya apabila masuk ke dalam tubuh manusia, dapat mengakibatkan kanker, perubahan hormon, menstruasi dini dan lainnya.
“Bukan hanya itu, galon plastik sekali pakai beberapa kali kami jumpai juga di sungai yang berakhir menjadi sampah. Jika produsen secara terus menerus memproduksi galon sekali pakai, ini berdampak pada penambahan jumlah dan jenis sampah yang berakhir di lingkungan,” kata Alaika.
Sikap ECOTON dalam melihat permasalahan ini tegas dengan menolak plastik, termasuk plastik sekali pakai baik dalam bentuk kecil maupun yang besar seperti galon sekali pakai. Selanjutnya hasil temuan-temuan dari program ekspedisi sungai nusantara untuk jangka pendek akan dikumpulkan sebagai sarana edukasi ke masyakarat secara luas.
“Selain itu, sampah ini kami kumpulkan untuk menjadi mediasi dengan pemangku kebijakan, kami mengajak pemerintah supaya lebih memperhatikan kondisi sungai di Indonesia. Dalam jangka panjang, kami ingin terbentuk sinergitas antara masyarakat, industri dan pemerintah untuk bersama-sama menjaga sungai-sungai di Indonesia tetap bersih, tetap lestari dan bebas sampah,” ungkapnya.
Untuk menekan pembuangan sampah plastik di sungai-sungai Indonesia, ECOTON mempunyai program kawasan bebas sampah atau Zerowaste Cities. Yaitu kawasan dimana masyarakat didampingi dan dibina untuk melakukan pemilahan sampah dari rumah, mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, dan mengelola sampah yang telah mereka hasilkan.
“Program Zerowaste Cities ini juga sudah berjalan di beberapa kota atau kabupaten di sepanjang sungai Brantas di Jawa Timur, tujuannya untuk mengurangi pembuangan sampah yang berakhir di sungai. Selain itu, penguatan kapasitas terhadap komunitas penjaga sungai juga telah dilakukan. Pada program Ekspedisi Sungai Nusantara sekaligus juga dibentuk komunitas-komunitas penjaga sungai di setiap daerah yang telah dikunjungi, tujuannya agar komunitas ini dapat melindungi sungai-sungai nusantara dari aktivitas pencemaran,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa