KedaiPena.com – Terkait pengelolaan sumber daya alam, pariwisata, ekonomi kreatif, dan transformasi ke ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi, dinyatakan Indonesia perlu menerapkan pendekatan holistik dan solusi yang berkesinambungan.
Ekonom UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat menyatakan hilirisasi SDA di Indonesia menghadapi tantangan serius, terutama dalam tata kelola dan pemanfaatan sumber daya, terutama di sektor pertambangan. Konflik kepentingan antara pemerintah dan swasta, ditandai dengan bongkar-pasang regulasi, telah menguras tenaga dan anggaran negara.
Pertarungan kepentingan ini juga menciptakan celah bagi praktik korupsi di berbagai sektor, merugikan negara dan merusak lingkungan. Di tambah lagi Industrialisasi merupakan pilar penting bagi kemajuan ekonomi, mengubah struktur negara dari agraris ke industri pengolahan.
“Tapi sayangnya, Indonesia dalam 30 tahun terakhir mengalami deindustrialisasi yang mencemaskan,” kata Achmad Nur, Sabtu (9/12/2023).
Ia menjelaskan, pada era Orde Baru, industri menyumbang 30 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), namun, kini turun di bawah 20 persen. Data 2022 menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia didominasi industri pengolahan dengan 18,34 persen.
“Hilirisasi dalam konteks industrialisasi sebagai solusi mendesak untuk merespons penurunan drastis kontribusi industri, menghadirkan tantangan serius terhadap pertumbuhan dan daya saing ekonomi Indonesia,” urainya.
Tidak hanya itu perubahan iklim global menimbulkan dampak serius di Indonesia, termasuk krisis air bersih, pangan, dan ekonomi. Tantangan besar muncul dalam pengelolaan sumber daya alam, seperti penebangan hutan ilegal, pertambangan tanpa izin, dan penangkapan ikan berlebihan.
Achmad Nur menyatakan praktik Environmental, Social, Governance (ESG) di dalam pengelolaan SDA menjadi langkah kunci untuk menjaga kualitas hidup masyarakat sekitar. Selain itu, hilirisasi mineral dan batubara yang berkelanjutan mendukung strategi industrialisasi untuk menciptakan produk bernilai tinggi, sekaligus menciptakan lapangan kerja terampil bagi masyarakat lokal.
Pendorongan pada tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan kemitraan pengelolaan bidang SDA melalui penyediaan sarana pendidikan, kesehatan, pelatihan kerja, dan dukungan terhadap UMKM memperkuat ekonomi lokal. Pembentukan Dana Abadi SDA (Resource Endowment Fund) menjadi langkah proaktif untuk menggerakkan ekonomi daerah mengantisipasi menipisnya cadangan SDA.
“Indonesia memiliki potensi besar di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, namun realisasinya masih belum optimal. Karena berbagai faktor, seperti infrastruktur yang belum memadai, regulasi yang belum mendukung, dan kesadaran masyarakat yang masih rendah,” urainya lagi.
Ia menyatakan pariwisata dan ekonomi kreatif merupakan sektor yang kompetitif secara global. Indonesia perlu meningkatkan daya saingnya untuk menghadapi persaingan ini. Pariwisata berkelanjutan dan ekonomi kreatif merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia.
“Memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi motor ekonomi dan sumber penerimaan negara merupakan langkah strategis. Turisme diintegrasikan dalam strategi merawat budaya dan menjaga lingkungan, menciptakan identitas global yang khas Indonesia. Kolaborasi antara budaya, turisme, dan industri kreatif diarahkan untuk menciptakan produk dan merek yang mendunia, memanfaatkan kekayaan budaya dan kearifan lokal. Diversifikasi tujuan dan jenis wisata, termasuk turisme berbasis komunitas lokal, memperkaya pengalaman wisatawan dan memberikan manfaat ekonomi langsung pada masyarakat setempat,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa