KedaiPena.com – Ekonom Senior Masyita Crystallin menyatakan Indonesia memiliki modal yang sangat besar untuk mengembangkan sektor pariwisata. Dengan potensi geografis, biodiversitas, sosial, maupun budaya yang di atas rata-rata, pariwisata Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi sektor andalan.
“Namun, potensi fisik dan non-fisik indonesia yang besar tersebut nampaknya belum cukup termanfaatkan untuk dikapitalisasi agar memiliki nilai tambah yang lebih tinggi,” kata Masyita ditulis Jumat (27/12/2024).
Berdasarkan laporan Travel & Tourism Development Index (TTDI) 2024 oleh World Economic Forum, Indonesia berada di peringkat ke-22 dari 119 negara, kalah bersaing dengan negara-negara maju seperti Amerika Serikat di peringkat pertama, Jepang di peringkat ketiga, dan Tiongkok di peringkat kedelapan.
Dari lima aspek utama yang menjadi penilaian indeks tersebut, Masyita melihat setidaknya ada lima tantangan yang harus menjadi fokus utama untuk memperbaiki sektor parawisata Indonesia.
“Tantangan pertama adalah masalah infrastruktur. Meski daya saing harga dalam dimensi infrastruktur dan jasa cukup baik, fasilitas transportasi udara, pelabuhan, dan darat masih jauh tertinggal dibandingkan negara pesaing. Sebagai negara kepulauan, konektivitas antardaerah menjadi krusial,” ujarnya.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan mayoritas wisatawan mancanegara (wisman) masuk melalui jalur udara sebesar 72 persen, sementara melalui laut hanya 18,3 persen.
“Kita harus membangun infrastruktur yang mendukung pariwisata secara menyeluruh, baik di pusat maupun daerah, agar konektivitas lebih terintegrasi,” ujarnya lagi.
Kedua, meski Indonesia kaya akan sumber daya alam, inovasi pelayanan wisata dan eksplorasi budaya belum tergali dengan baik. Narasi yang kuat tentang daya tarik budaya dan keunikan lokal perlu dikembangkan lebih lanjut untuk meningkatkan minat wisatawan.
“Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang luar biasa, namun upaya untuk memadukan inovasi dengan tradisi masih terbatas. Ini adalah peluang besar yang harus dimanfaatkan,” kata Masyita.
Ia juga menambahkan bahwa wisata budaya dan ekowisata memiliki daya tarik besar jika dikelola dengan pendekatan yang tepat.
Ketiga, aspek keberlanjutan menjadi pekerjaan rumah besar. Lingkungan hidup yang terjaga adalah fondasi pariwisata berkelanjutan, namun Indonesia masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan sampah dan konservasi alam.
“Keberlanjutan adalah kunci masa depan pariwisata. Jika kita tidak menjaga lingkungan, pariwisata kita akan kehilangan daya tariknya dalam jangka panjang. Dan masalah ini tidak hanya berdampak pada kelangsungan sektor pariwisata tetapi juga pada citra Indonesia di mata dunia,” ungkapnya.
Tantangan keempat adalah lingkungan pendukung pariwisata. Indikator seperti keamanan, kesehatan, higienitas, dan pasar tenaga kerja masih membutuhkan peningkatan. Para wisatawan, khususnya dari negara maju, sangat memperhatikan aspek-aspek ini dalam memilih destinasi.
“Wisatawan dari Eropa dan Amerika Utara, misalnya, selalu mempertimbangkan keamanan dan fasilitas kesehatan sebelum memutuskan untuk berkunjung. Ini harus menjadi perhatian utama kita,” ungkapnya lagi.
Kelima, pendukung usaha wisata, terutama teknologi informasi dan komunikasi (ICT), masih kurang optimal. Informasi tentang destinasi wisata belum dikelola dengan baik, sehingga wisatawan asing sering kesulitan mendapatkan akses informasi yang akurat dan terpercaya.
Data Pew Research Center menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat perjalanan keluar negeri tertinggi, seperti Swedia dan Belanda, belum menjadi fokus utama promosi pariwisata Indonesia. Padahal, potensi pasar ini sangat besar.
“Promosi digital dan pendekatan berbasis data harus menjadi prioritas jika kita ingin menjangkau wisatawan global,” tegas Masyita.
Dalam RPJPN, pemerintah telah menetapkan visi menjadikan Indonesia sebagai destinasi unggulan dunia yang berkelanjutan. Berbagai strategi telah dirancang, seperti peningkatan konektivitas domestik dan global, diversifikasi produk wisata, serta pengembangan sumber daya manusia dan UMKM pariwisata.
Dengan pendekatan yang terintegrasi dan komitmen kuat, pariwisata dapat menjadi motor penggerak ekonomi nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
“Untuk mewujudkan visi ini, dibutuhkan sinergi antarpemangku kepentingan dan fokus pada penyelesaian lima tantangan utama tersebut,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa