KedaiPena.com – Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan, kebermanfaatan mobil atau kendaraan listrik hanya dapat diraih, apabila ekosistem penggunaan energinya juga berasal dari energi baru terbarukan (EBT).
Ekonom Senior Indef, Faisal Basri menegaskan, salah satu pengembangan EBT yakni energi surya di Indonesia saat ini bahkan terbilang begitu parah sekali.
Karena itu, masalah pengurangan emisi karbon yang sebenarnya menjadi sumber masalah utama dan latar belakang dalam konteks pengembangan mobil listrik ini, justru tidak diselesaikan.
“Jadi kesimpulannya pengembangan mobil listrik di Indonesia ini adalah proses ‘rent seeking’ atau pencari rente. Sebenarnya subsidi mobil listrik ini untuk menyubsidi rakyat untuk memperoleh mobil listrik, atau mensubsidi pengusaha agar untungnya banyak? Sebenarnya pengusaha juga sudah untung, tapi untungnya kurang banyak, dan inilah ketamakan oligarki,” ujar Faisal, ditulis Rabu (24/5/2023).
Ia menjelaskan, kunci utama untuk mengembangkan mobil listrik adalah harus mengembangkan EBT-nya terlebih dahulu. Kecepatan pengembangan EBT seharusnya lebih tinggi dari pengembangan industri mobil listrik itu sendiri.
“Misalnya seperti di China yang mengembangkan mobil listrik, namun pengembangan energi suryanya juga berkembang paling pesat di dunia. Bahkan pengembangan energi surya oleh China itu sampai mengalahkan Amerika Serikat di posisi kedua dan Jerman di posisi ketiga,” ujarnya.
Ia menyayangkan, hal seperti itulah yang tidak ada di Indonesia, meskipun pemerintah sangat berambisi mengembangkan industri mobil listrik di dalam negeri.
“Tapi Indonesia mana pengembangan EBT-nya? Indonesia bahkan kalah dengan Kamboja, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam. Vietnam bahkan juga sudah mengembangkan mobil listrik sekaligus mengembangkan energi surya. Jadi inputnya dia bereskan dengan mobil listrik ini,” tandasnya.
Laporan: Ranny Supusepa