KedaiPena.com – Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didin S Damanhuri mengungkapkan capaian rata-rata pertumbuhan ekonomi di era Presiden Joko Widodo yang tercatat sebesar 5 persen pada 2015-2019.
Angka ini dinyatakan lebih rendah, jika dibandingkan pada pertumbuhan ekonomi era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang rata-ratanya adalah 5,7 persen pada 2005-2014 dan pertumbuhan ekonomi di era Presiden Soeharto yang rata-rata tercatat sebesar 7 persen untuk periode 1969-1997.
“Saya simpulkan bahwa di era Jokowi pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan Park SBY, bahkan jauh dibandingkan zaman Soeharto,” kata Prof Didin, dalam Seminar Nasional ‘Evaluasi 1 Dekade Pemerintahan Jokowi di Millenium Sirih Jakarta, dikutip Sabtu (5/10/2024).
Dewan Pembina ASPRINDO ini memaparkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi di era Jokowi tidak pernah menyentuh angka 6 persen. Yang tecatat malah menukik tajam dari 5,02 persen secara year on year (yoy) di 2019 menjadi minus 2,07 persen di 2020 saat pandemi covid-19 menyerang Indonesia. Lalu, ekonomi tumbuh menjadi 5,30 persen di 2022, naik dibandingkan capaian di 2021 yang sebesar 3,69 persen. Tapi kembali turun pada 2023 menjadi 5,05 persen yoy dan naik tipis pada semester I 2024.
Dari sisi pertumbuhan industri pengolahan atau manufaktur di era Jokowi juga masih kalah dibandingkan era SBY dan Soeharto. Dimana rata-rata industri pengolahan hanya tumbuh 4,89 persen, masih di bawah rata-rata ekonomi nasional. Secara keseluruhan pertumbuhan industri manufaktur dari 2015-2023 sebesar 3,44 persen.
“Pertumbuhan industri manufaktur di era SBY lebih tinggi, apalagi di era Soeharto yang mencapai 12 hingga 14 persen,” ujarnya tegas.
Dari sisi pengeluaran untuk investasi, ia menyatakan di era Jokowi hanya tumbuh 3,8 persen sepanjang 2015- 2022. Sementara dibandingkan era SBY mampu mencapai angka 9 persen. Sementara, untuk konsumsi rumah tangga di era Jokowi tumbuh 4,93 persn di 2022, setelah sempat minus 2,63 persen di 2020 akibat covid-19.
Sebelumnya, Deputi III bidang Perekonomian, Kepala Staf Kepresidenan, Edy Priyono menegaskan di tengah ketidakpastian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang menyentuh level 5 persen, masih bisa dikatakan baik, jikadibandingkan negara-negara lain. Beberapa negara diketahui sempat mengalami kontraksi hingga lebih dari 8 persen seperti Meksiko, Prancis, Italia Filipina dan Inggris.
“Kalau kita bandingkan dengan negara-negara lain situasi ekonominya masih sulit, tapi pertumbuhan kita oke-oke saja sekitar 5 persen,” kata Edy, dalam acara yang sama.
Ia pun menyampaikan selama kepemimpinan Jokowi, Indonesia dianggap mampu menjaga inflasi kisaran 3 persen.
“Menurut kami, Pak Jokowi adalah mungkin presiden yang paling besar perhatiannya terhadap inflasi. Saya cerita saja bahwa setiap minggu itu ada rakor pengendalian inflasi di daerah untuk memantau inflasi daerah,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa