SAYA mengutuk keras persekusi dan perarakan yang terjadi di Tangerang. Dalam bahas hukum ini dinamakan ‘eigenrichting’ atau main hakim sendiri atau aksi sepihak.
Namun sadarkah kita ada budaya ketimuran kita yang dihancurkan oleh liberal sontoloyo. Seks bebas, LGBT, pornografi dan pornoaksi dibiarkan masuk ke semua sendi kehidupan.
Hukum tumpul tak berdaya. Bahkan sebagian kelompok melindungi dengan alasan semua itu hak asasi manusia. Ketika perarakan jadi jalan masyarakat yang tak percaya hukum, kita mengutuknya tanpa pernah mau mencari akar masalahnya.
Di akar rumput, masyarakat resah akan benturan nilai yang semakin cepat terjadi. Mereka menolak liberalisasi yang kebablasan. Dengan sedikit provokasi, mereka lakukan persekusi.
Tentu salah, karena persekusi tak dipenuhi dengan bukti-bukti dan cenderung melampaui kewenangan Negara Hukum.
Ingat ketika peristiwa seorang sutradara Joko Anwar telanjang bulat di Circle K, Bintaro, untuk memenuhi janjinya kita abai saja. Padahal ada ruang publik dan etika ketimuran yang dilanggar.
Mereka anggap itu sebagai sebuah kehormatan untuk menepati janji, walaupun ada nilai-nilai ketimuran yang diludahi. Mereka anggap itu biasa saja dan keren. Padahal ada masyarakat yang resah dan terusik.
Setidaknya nalar kita harus tetap terjaga, karena gelombang besar liberal semakin cepat masuk. Baik itu yang buruk ataupun yang baik. Yang buruk-buruk ini akan jadi percik benturan di masyarakat.
Oleh Aditya Iskandar, Presidium Solidaritas untuk Pergerakan Aktivis Indonesia