Artikel Ditulis oleh: Corporate Director of Internasional Business Development GAMMA, Rahajeng Widya, dan Guru Besar Ilmu Manajemen, Dekan Sekolah Pascasarjana, Institut Perbanas, Steph Subanidja
EFISIENSI investasi adalah kunci bagi keberlanjutan dan percepatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan volume investasi, tetapi juga harus memastikan bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan memberikan dampak optimal bagi perekonomian,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam seminar nasional bertajuk “Masa Depan Ekonomi Indonesia” yang digelar pada April 2023. Pernyataan ini menyoroti pentingnya efisiensi investasi sebagai salah satu strategi utama untuk menghadapi persaingan global dan meningkatkan daya saing Indonesia.
Lebih lanjut, Ibu Ani menekankan pentingnya efisiensi investasi, mengingat target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5-6% per tahun membutuhkan alokasi modal yang optimal. “Tanpa efisiensi, investasi yang besar sekalipun tidak akan mampu mengakselerasi pertumbuhan,” ujarnya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR. Dalam kesempatan tersebut, beliau menekankan bahwa peningkatan kinerja investasi dan produktivitas merupakan kunci untuk meraih angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi di tahun-tahun mendatang (5/6/2024).
Dalam konteks pembangunan ekonomi global, efisiensi investasi menjadi salah satu tolok ukur utama keberhasilan sebuah negara dalam mengelola sumber dayanya. Di Indonesia, indikator Incremental Capital Output Ratio (ICOR) sering digunakan untuk menilai sejauh mana investasi mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dengan ICOR yang lebih rendah, sebuah negara dianggap lebih efisien dalam menghasilkan output dari setiap unit modal yang diinvestasikan. Namun, data menunjukkan bahwa ICOR Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan negara tetangga seperti India. Apa yang menyebabkan hal ini, dan bagaimana solusinya?
Mengapa Penting?
Mengapa efisiensi investasi menjadi penting? Dalam ekonomi yang kompetitif, kemampuan untuk memaksimalkan hasil dari modal yang terbatas adalah keharusan. ICOR yang tinggi di Indonesia, meski sempat menurun menjadi 6,02 pada tahun 2022, kembali meningkat menjadi 6,33 pada 2023.
Bandingkan dengan India, misalnya, yang memiliki ICOR hanya sekitar 4,5%, menunjukkan bahwa Indonesia membutuhkan lebih banyak investasi untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang sama. Kondisi ini mengindikasikan tantangan struktural yang harus segera diatasi jika Indonesia ingin mempercepat laju pertumbuhan ekonominya dan meningkatkan daya saing global.
Mengatasi Tantangan
Salah satu sektor strategis, yaitu teknologi, menunjukkan peluang besar untuk mengatasi tantangan ini. Indonesia berhasil menarik 25% dari total pendanaan swasta di Asia Tenggara pada 2022. Namun, untuk mempercepat laju penurunan ICOR, diperlukan langkah-langkah terintegrasi di berbagai sektor.
Infrastruktur yang berkualitas adalah tulang punggung ekonomi. Namun, biaya logistik yang tinggi di Indonesia, meskipun sudah turun menjadi 21% terhadap PDB pada 2022, masih jauh dari efisien. Proyek Tol Laut adalah contoh upaya menurunkan biaya logistik, tetapi skalanya perlu diperluas. Di sisi lain, SDM yang tidak kompetitif menjadi hambatan lain. Program seperti Kartu Prakerja, yang telah melatih jutaan tenaga kerja, menunjukkan hasil awal yang baik. Namun, untuk menghadapi disrupsi teknologi, diperlukan pelatihan yang lebih spesifik dan mendalam.
Meskipun Undang-Undang Cipta Kerja telah disahkan, implementasinya masih menghadapi kendala birokrasi. Investor menginginkan regulasi yang sederhana dan stabil untuk mendukung perencanaan jangka panjang. Selain itu, digitalisasi proses bisnis menjadi katalis penting untuk meningkatkan efisiensi. Platform seperti GoTo dan Bukalapak telah menunjukkan bahwa UMKM yang terdigitalisasi mampu meningkatkan efisiensi hingga 26%. Fokus pada keberlanjutan juga memberikan peluang baru untuk menarik investasi berkualitas. Proyek energi terbarukan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bali, menunjukkan bagaimana investasi berbasis ESG mampu meningkatkan efisiensi hingga 15% dibandingkan proyek berbasis energi fosil.
Tidak semua sektor di Indonesia memiliki tingkat efisiensi yang sama. Sektor manufaktur tradisional, misalnya, memiliki ICOR sekitar 7-8%, jauh di atas sektor teknologi yang hanya 3-4%. Investasi lebih besar pada sektor efisien dapat mempercepat penurunan ICOR. India telah menjadi model efisiensi investasi di Asia.
Dengan reformasi kebijakan yang mendukung, seperti program “Digital India,” negara ini berhasil menarik investasi teknologi besar-besaran. Infrastruktur digitalnya juga jauh lebih maju, dengan kapasitas pusat data yang terus bertambah. Hal ini memberikan dampak positif langsung pada produktivitas ekonomi mereka. Salah satu pelajaran penting dari India adalah fokusnya pada kualitas SDM dan lingkungan bisnis yang kompetitif. Perusahaan teknologi seperti Infosys dan Wipro bukan hanya menjadi pemain nasional, tetapi juga global, berkat ekosistem yang mendukung.
Untuk mengejar ketertinggalan dalam efisiensi investasi, Indonesia harus mengambil langkah-langkah strategis. Mempercepat pembangunan infrastruktur strategis, seperti jaringan transportasi terpadu dan pusat data, harus menjadi prioritas.
Pemerintah juga perlu mendorong pembiayaan infrastruktur melalui skema kemitraan publik-swasta yang lebih fleksibel. Pelatihan dan pengembangan SDM berbasis teknologi harus diperluas. Kolaborasi dengan sektor swasta dalam menciptakan kurikulum pelatihan dapat menjadi solusi cepat. Penyederhanaan regulasi yang lebih fokus pada kebutuhan industri harus terus dilakukan. Stabilitas hukum menjadi kunci dalam menarik investasi jangka panjang.
Investasi di sektor teknologi dan Environment, Social, dan Governance (ESG) harus menjadi prioritas karena terbukti lebih efisien dan berkelanjutan. Pemerintah dapat memberikan insentif tambahan untuk mendukung investasi di bidang ini. Digitalisasi UMKM dan layanan publik perlu dipercepat untuk meningkatkan efisiensi operasional. Data menunjukkan bahwa digitalisasi dapat menurunkan ICOR hingga 2% dalam sektor jasa. Melalui langkah-langkah strategis ini, Indonesia dapat menurunkan ICOR secara bertahap, meningkatkan efisiensi investasi, dan memperkuat daya saing globalnya. Kritik membangun terhadap inefisiensi yang ada harus dijadikan motivasi untuk berubah. Dengan fokus pada efisiensi, Indonesia memiliki peluang besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
(***)