KedaiPena.com – Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kajian Ekologi dan Observasi Lahan Basah (ECOTON) pada Januari – Maret 2021, menunjukkan tiga sungai terbesar di Pulau Jawa sudah tercemari oleh mikroplastik.
Tentu saja hal ini mengkhawatirkan, mengingat ikan merupakan protein hewani yanh digemari masyarakat dan terbukti memiliki nutrisi tinggi Omega 3, DHA dan EPA.
Direktur ECOTON Prigi Arisandi | Foto : Istimewa
Direktur ECOTON Prigi Arisandi menyebutkan kondisi perairan yang mana habitat ikan untuk tumbuh dan berkembang tercemar oleh sampah plastik. Selain tidak indah dilihat, sampah plastik yang hanyut ke dalam badan air juga akan terfragmentasi atau terdegradasi menjadi partikel kecil yang disebut mikroplastik, yaitu merupakan cuilan atau remahan atau patahan plastik yang berukuran kurang dari 5mm.
“Studi awal yang dilakukan pada Januari hingga Maret 2021 melaporkan bahwa 3 sungai terbesar yang ada di Pulau Jawa yakni Brantas, Bengawan Solo dan Citarum tercemar oleh mikroplastik,” kata Prigi dalam laporan tertulis, Minggu (28/11/2021).
Hasil temuan tersebut, lanjutnya, menjadi indikasi untuk mengidentifikasi mikroplastik pada ikan yang tinggal disana.
“Sampel beberapa jenis ikan kemudian diambil dan diidentifikasi di Laboratorium ECOTON. Dan hasilnya menunjukkan bahwa seluruh sampel ikan positif mengandung mikroplastik,” tuturnya.
Data yang didapat menunjukkan Kelimpahan rata-rata kandungan mikroplastik pada Sungai Brantas ditemukan sebanyak 42 partikel per ikan, 20 partikel per ikan di Sungai Bengawan Solo dan 68 partikel per ikan di Sungai Citarum.
“Penelitian ini juga tidak hanya mengidentifikasi di perairan sungai saja, namun juga sampai ke lautan lepas DKI Jakarta yakni di Kepulauan Seribu yang dilakukan akhir Agustus 2021. Ada 11 jenis ikan hasil tangkapan nelayan diidentifikasi dan ditemukan seluruhnya mengandung mikroplastik,” kata Prigi lebih lanjut.
Data kelimpahan rata-rata mikroplastik pada wilayah Kepulauan Seribu adalah rata-rata sebesar 167partikel per ikan.
“Apabila dibandingkan dengan rata-rata mikroplastik di ketiga sungai, hasil dari perairan lepas justru lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena laut merupakan tempat sampah terakhir dari pencemaran sungai. dimana sungai adalah akses utama adanya sampah plastik di lautan lepas,” tuturnya.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh pemaparan Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum yang menyebutkan bahwa sebanyak 80 persen sampah plastik yang ada di sungai akan bermuara ke lautan.
“Dari temuan tersebut, seharusnya ikan yang berada di wilayah tersebut tidak layak untuk dikonsumsi oleh manusia. Karena ikan sudah makan plastik dan tentunya akan berakibat buruk bagi kesehatan,” ungkap Yulinah.
Eka Chlara Budiarti selaku Peneliti ECOTON menyebutkan bahwa ada 3 potensi berbahaya yang disebabkan oleh mikroplastik.
“Potensinya yakni bisa secara fisik, kimiawi dan biologi. Secara fisik, mikroplastik akan masuk dalam tubuh kita dan mampu mengiritasi baik saluran pencernaan maupun saluran pernafasan. Jika terakumulasi banyak didalam tubuh akan mengendap dan memicu terbentuknya jaringan sel kanker,” urai Eka.
Potensi kedua yakni secara kimiawi, dimana mikroplastik mampu mengikat polutan atau senyawa berbahaya disekitarnya, antara lain seperti Pestisida, Logam Berat, Detergen dan POPs.
“Tak sampai disitu saja, mikroplastik juga memiliki kandungan kimia berbahaya salahsatunya EDC (Endocrine Disrupting Chemical) yang mampu mengganggu hormon manusia,” imbuhnya.
Dan yang terakhir adalah mikroplastik juga mampu menjadi vektor bakteri patogen atau bakteri infeksius.
“Vektor bakteri patogen atau infeksius ini bisa menginfeksi jika tidak sengaja masuk ke dalam tubuh manusia,” pungkasnya.
Laporan : Natasha