KedaiPena.Com – Jokowi dan Ahok ibarat kembar siam, tapi beda telor. ‎Keduanya memiliki political behavior yang sama dan memiliki potensi diusung pada Pemilihan Presiden/Wakil Presiden 2019.Â
“Jalan masuknya adalah Ahok kembali memimpin Ibukota pada Pilgub 2017,” kata budayawan Ridwan Saidi di Jakarta, ditulis Senin (21/11).
Selain itu, Ridwan menegaskan, penetapan Ahok sebagai tersangka penistaan agama menjadi pertaruhan reputasi empat partai politik pengusung Ahok.Â
“Skenario menjadikan Ahok sebagai ‘political structure’ empat parpol pengusung menjadi tersandung pasca penetapan tersangka Ahok,” tegas dia.
Ini bukti kelemahan koalisi empat parpol pengusung Ahok, perencanaan yang tidak matang dan hanya mengandalkan kekuatan uang semata, dan Ahok lemah dalam menjaga mulutnya hingga berdampak pada hilangnya kepercayaan masyarakat pemilih yang sebagian besar umat Islam.Â
‎
Sosok Ahok sebagai pintu masuk dalam persiapan membangun sebuah rezim baru di tahun 2019 yang di dukung oleh Cina melalui peran sentral ‘sembilan barongsai’. Jadi, Ahok harus terus di bela dan menjadi Gubernur DKI 2017-2022, jika tidak seluruh bangunan rezim akan runtuh.Â
“Cina membutuhkan straight line yang kokoh yaitu reklamasi, dan itu berawal dari sosok Ahok sebagai pemimpin Ibukota. Indonesia akan menjadi ‘second line’ Cina, sulit bagi Cina untuk masuk ke Indonesia jika tidak kuasai basis-basis utama Indonesia, khususnya perekonomian, dan ini dimulai dari Jakarta serta menguasai jelajah pulau-pulau di sepanjang garis pantai di Indonesia,” sambung dia.Â
Apalagi, Presiden Rusia (Putin) sudah mendukung Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump. Kenyataan ini semakin menggerus posisi Cina di Asia Pasifik, dimana Amerika akan meningkatkan peran strategisnya di Asia Tenggara.Â
Laporan: Anggita Ramadoni