KedaiPena.Com – Produktivitas sawit di Indonesia yang digarap perkebunan kecil rata-rata antara 12-14 ton/ha/tahun. Pada tahun 2015, Indonesia memproduksi setidaknya 31,5 juta ton CPO, dimana 21 juta ton diekspor ke luar negeri. Diprediksi hal ini akan terus meningkat hingga 100 persen pada tahun 2020.
Tetapi peningkatan tersebut tidak disertai dengan naiknya harga sawit di pasaran. Penurunan harga ini diakibatkan berbagai faktor. Stigma negatif yang terus melekat pada kelapa sawit sebagai produk yang dihasilkan dari praktik tidak bertanggungjawab merupakan salah satu faktor. Dan hal itu yang menimpa Riau, selaku daerah produksi terbesar kelapa sawit Indonesia.
Hal lain yang menjadi kendala perkebunan sawit rakyat adalah bibit dan pupuk yang kurang baik serta minimnya pengetahuan petani terhadap pemanfaatan teknologi lalu sulitnya memperoleh legalitas atas lahan.
“Tidak adanya data yang jelas, terkait implementasi teknis dalam pelaksanaan program-program kebijakan Pemerintah juga menjadi permasalahan. Untuk itu kami siap melakukan mapping petani kelapa sawit swadaya di Provinsi Riau, di mulai dari Kabupaten Palalawan, Bengkalis dan Rokan,” tutur Dian Mayasari, Kepala Departemen Transformasi Lingkungan Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS) kepada KedaiPena.com, di Jakarta (10/6).
Maya menjelaskan, pelaksanaan landscape mapping yang dilakukan SPKS di daerah tersebut bertujuan untuk mengadakan pemetaan partisipatif, inventarisasi dan pembuatan data-set/baseline. Diharapkan hal ini dapat menghasilkan informasi yang lebih detail terkait dengan lokasi sebaran petani swadaya, luasan area petani swadaya dari desa yang akan dipetakan, serta untuk mendapakan informasi lainnya terkait dengan asset yang dimiliki oleh desa tersebut.
“Harapannya, pemerintah daerah serta desa bisa berkomitmen dalam melakukan beberapa pembenahan dalam penyelesaian permasalahan di tingkat petani kelapa sawit swadaya berdasarkan data pemetaan tersebut,” tutupnya.
(Prw/Apit)