KedaiPena.Com – Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin akan genap memasuki usia ke 2 pada 20 Oktober 2021. Salah satu yang menjadi perhatian di dua tahun kepemimpinan Jokowi- Ma’ruf Amin ialah sektor pertanian.
Anggota Komisi IV DPR RI Bambang Purwanto mengakui, jika sektor pertanian masih kurang mendapatkan perhatian di dua tahun kepemimpinan Jokowi- Ma’ruf Amin. Pasalnya, Presiden Jokowi masih tetap mengutamakan pembangunan infrastruktur.
“Selama kepemimpinan Presiden yang diutamakan infrastruktur jalan tp sektor pertanian kurang mendapat perhatian terbukti dari alokasi anggaran selalu minim padahal justru sektor pertanian memberikan kontribusi positif dimasa pandemi ini,” tegas Bambang sapaanya, Senin, (18/10/2021).
Bambang juga menyayangkan, di dua tahun kepemimpinan Jokowi- Ma’ruf lahir Undang- Undang Cipta Kerja yang membuka kran impor untuk ketersedian pangan. Padahal, disetiap kesempatan orang nomor satu di Indonesia tersebut kerap berbicara soal kemandirian pangan.
“Arinya petani kita dihadapkan dengan komoditas impor tentu akan kalah,” kata politkus Demokrat ini.
Bambang menegaskan, jika Indonesia sendiri mempunyai potensi besar terkait pengambangan. Hal ini, kata dia, lantaran Indonesia didukung oleh banyak aspek.
“Seperti lahan cukup subur, mayoritas masyarakat petani, teknologi sudah dimiliki, tenaga ahli banyak dan kelembagaan lengkap. Jadi aneh ketika justru mendorong impor,” tegas Bambang.
Bambang berharap, agar di sisa tiga tahun kepemimpinan Presiden Jokowi- Ma’ruf Amin dapat memberikan perhatian serius serta mendorong sektor pertanian lebih luas.
Caranya, kata Bambang, dapat melalui perencanaan yang cermat dan teliti berdasarkan data lapangan yang akurat. Hal ini, karena luasan lahan pertanian kerap berubah- berubah setiap Komisi IV DPR Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Kementerian.
“Sehingga harus jelas luasan dimasing-masing wilayah Propinsi sampai Kabupaten, panen berapa kali, hasil panen per HA berapa, karakteristik lahanya seperti apa, penataan lahan seperti apa, budaya petaninya, skil petani, jumlah PPL, dari sini akan berpengaruh terhadap perlakuan masing- masing wilayah tentu berbeda. Kemudian tentu total lahan yang aktif ketahuan, mana yang bisa dioptimalkan berapa yang diperlukan lahan ekstensifikasi untuk memenuhi target,” papar Bambang.
Dari situ, tegas Bambang, nantinya akan
menentukan distribusi alat dan mesin pertanian yang sesuai. Termasuk, benih serta pupuk dan lain- lain.
“Tentu lebih bisa memberikan gambaran jelas tidak akan salah terhadap dukungan yang akan diberikan untuk meningkatkan hasil dan bisa menghitung target yang akan dicapai,” papar Bambang.
Selain itu, Bambang berharap, agar pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan untuk memberikan dukungan serta mengurangi beban biaya produksi mulai dari pupuk subsidi, pertisida subsidi serta alsintan.
Untuk Alsintan, tegas Bambang, dapat disalurkan dengan ketepatan yang sesuai kondisi lahannya. Hal ini, termasuk pupuk subsidi yang belum sepenuhnya diterima masyarkat tepat waktu dan pestisida subsidi sesuai kondisi tempat.
“Kemarin petani didorong produksi tapi menjelang panen impor kan jatuh harga gabah petani. Sedangkan, harga komoditas pertanian khusus gabah tidak seperti produk lainya yang bisa menyesuaikan perkembangan. Tetapi gabah tentu sulit seperti itu karena terkait kebutuhan pangan. Sementara biaya produksi terus meningkat tentu keuntungan masyarakat petani padi akan rendah,” tandas Bambang.
Laporan: Muhammad Lutfi