KedaiPena.Com – Struktur ekonomi Indonesia saat ini bagai gelas anggur yang tak adil. Hal itu merupakan hasil kebijakan ekonomi Orba dan ‘baby’ Orba selama 40 tahun terakhir. Di bagian atas gelas anggur dikuasai oleh kelompok bisnis besar dan BUMN yang tidak efisien dan kebanyakan “jago kandang†sehingga sering menjadi beban (‘liability’) negara.
Sementara pegangan gelas anggur tersebut sangat tipis, yang menunjukan kecilnya golongan menengah dan usaha skala menengah yang independen.
Demikian dikatakan begawan ekonomi DR Rizal Ramli dalam Seminar di Universitas Kebangsaan Bandung, dalam tema ‘Potensi Ekonomi Indonesia dalam Memacu Peningkatan Kesejahteraan Rakyat’, belum lama ini. Hadir dalam acara itu, tokoh Jawa Barat serta aktivis 77-78 serta aktivis lintas generasi.
“Bagian bawah dari gelas anggur tersebut sangat besar yang menunjukan puluhan juta usaha kecil dan ekonomi rakyat,” kata penasehat ekonomi PBB ini.
RR, sapaannya mengingatkan bahwa perubahan harus dimulai dari struktur, baru kemudian merumuskan kebijakan. Sebagai seorang teknokrat ekonomi strukturalis, Rizal menilai, pendekatan generik bukan solusi bagi ekonomi Indonesia
Rizal Ramli melihat, banyak ekonom atau pakar ekonomi yang tidak mencoba melihat struktur ekonomi Indonesia, sehingga akar masalahnya tidak terjawab. Bagian yang atas yang besar merupakan pengusaha-pengusaha besar, sedangkan bagian bawah yang kecil merupakan pengusaha menengah dan pengusaha kecil.
Dengan metafora yang tepat dan bernas, Rizal Ramli menegaskan, dalam situasi perekonomian di Indonesia yang bagai gelas anggur tadi, maka ekonomi rakyat yang merugi. Struktur di bagian atasnya banyak pengusaha besar yang tidak efisien, namun terus dibantu untuk lebih menjadi besar.
Kebijakan penting sudah banyak dibeli oleh pengusaha besar. Ada sekitar 40 juta usaha kecil rumah tangga yang masih kesulitan selama struktur ini masih terus begini. Kondisi yang demikian itulah yang disebut dengan sosialisme yang terbalik.
“Dan sosialisme yang terbalik menjadi sumber ketidakadilan sosial. Selama struktur ekonomi di Indonesia masih masih seperti ini, jangan bermimpi tentang keadilan dan kedaulatan ekonomi kerakyatan,” sambung mantan Menko Perekonomian ini.
Secara historis, pertumbuhan ekonomi Indonesia mungkin rata-rata 5 sampai 6 persen per tahun. Namun secara komparatif Indonesia jauh ketinggalan. 40 tahun lalu Cina, Korea, Taiwan, Thailand, Malaysia, Singapura masih di bawah Indonesia. Tapi sekarang semua sudah jauh di atas. Bahkan Vietnam sudah hampir mendahului Indonesia.
Laporan: Muhammad Hafidh