KedaiPena.Com – Semakin mendekatnya waktu pemilihan Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang akan berlangsung di Banjarmasin, mendorong DR. H Kemas Abdurrohim, MARS, M.Kes, SpAk untuk kembali menyampaikan visinya yang ingin menjadikan anggota IDI sejahtera dan profesional untuk Indonesia lebih sehat di era Universal Health Coverage (UHC) dan globalisasi yang disruptif.
DR. Kemas menyatakan misi pertamanya adalah IDI harus menjadi negosiator untuk kesejahteraan dokter kepada BPJSK, pemodal dan pemilik layanan kesehatan serta pemerintah daerah dan pusat.
“Ini menjawab isu-isu kesehatan yang terjadi saat ini, yaitu isu ketidakmampuan BPJS dalam mengatasi masalah keuangan, cakupan peserta dan ketersediaan obat. Isu ini jelas sangat berdampak bagi kesejahteraan dokter pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Sehingga menurut saya, sangat penting IDI menjadi negosiator dengan pihak-pihak berkepentingan untuk menghindari potensi dokter tidak sejahtera,†kata DR. Kemas saat ditemui KedaiPena.Com, ditulis Sabtu (22/9/2018).
Sasaran berikutnya,menurut DR. Kemas adalah terkait faktor georafis Indonesia, yang menyebabkan sebagian dokter yang bertugas pada daerah yang tingkat aksesibilitasnya rendah. Mereka seringkali mendapat kendala untuk mengakses ilmu terbaru maupun penelitian-penelitian terbaru yang akan membantu managemen diagnosa dan terapi yang komprehensif untuk menjamin penyembuhan dan kualitas hidup pasien.
“Karena ini sangat penting bagi membangun profesionalisme dan kompetensi dokter, maka misi kedua yang saya usung adalah IDI harus menjalankan sistem Continuing Professional Development (CPD) yang murah dari sisi biaya, terjangkau dari sisi jarak dan bermutu dari sisi kualitas untuk meningkatkan profesionalisme seluruh anggotanya,†ujar dokter yang mendapat gelar dokter umum-nya di Universitas Sriwijaya pada tahun 1994 ini.
Kerja sama dengan para pemegang keputusan, yaitu rumah sakit, BPJS, fakultas kedokteran, instansi pemerintah lain dan puskesmas adalah salah satu langkah yang akan diambil oleh DR. Kemas untuk pelaksanaan sistem CPD.
“Termasuk adalah melakukan pengelolaan keuangan yang baik dalam organisasi IDI untuk melaksanakan CPD gratis bagi para anggotanya,†lanjut DR. Kemas.
Misi ketiga, IDI harus tampil di depan menjadi penghela perubahan praktik dokter kedokteran akibat globalisasi dan UHC yang dapat mendisrupsi praktik kedokteran termasuk terjadinya digitalisasi di dunia kesehatan.
“IDI harus cepat tanggap dan berkoordinasi dengan instansi-instansi terkait, sehingga tidak sampai keluar kebijakan-kebijakan dari instansi tersebut yang akan merugikan para dokter. Dan juga, perkembangan dunia digital juga jangan sampai men-disrupsi fungsi dokter,†kata DR. Kemas.
Laporan: Ranny Supusepa