KedaiPena.Com – Anggota Komisi VI DPR RI Nashim Khan menegaskan, pihaknya bersama Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) menolak dengan tegas rencana pemerintah yang akan menutup tiga pabrik gula yakni pabrik gula Pandjie, Olean dan Wringinanom di Situbondo Jawa Timur.Â
“Sampai kapan pun kita tidak akan tinggal diam. Kita pertahankan pabrik gula-pabrik gula yang ada sampai titik darah penghabisan. Pemerintah hanya bisa menutup, tanpa berpikiran ke depan bagaimana nasib masyarakat kecil,” tegas politisi PKB ini di Jakarta, ditulis Sabtu (31/12).Â
Menyikapi hal tersebut, lanjut dia, pihaknya telah melakukan dialog langsung dengan pengelola tiga PG yang akan ditutup maupun dengan perwakilan petani.Â
Semua pihak, kata dia, merasa heran dengan keputusan pemerintah, karena alasan yang disampaikan tidak sesuai dengan realita di lapangan.Â
“Khusus untuk Kabupaten Situbondo, saya kira jangan sampai membuat kesalahan lagi sebagaimana telah terjadi saat penutupan pabrik gula Deemas Besuki dan pabrik gula di Kecamatan Mangarana,” lanjut dia.Â
“Sebab, keputusan tersebut telah sukses memiskinkan dan menambah pengangguran ribuan masyarakat sekitar, menjadi sampah kabupaten serta menelantarkan aset yang sangat besar. Makanya dengan alasan apapun, penutupan tiga pabrik gula ini kita tolak, jangan sampai terjadi,” ia menambahkan.Â
Lebih lanjut Nashim mengungkapkan, tiga pabrik gula yang direncakan ditutup tersebut ternyata masih produktif dan mampu memberikan keuntungan dari laba kotor.Â
Misalnya saja pabrik gula Wringinanom, produksi tebunya pertahun mencapai 1,6 juta ton. Pabrik gula Olean 1,1 hingga 1,2 juta ton. Sedangkan produksi gula di pabrik gula Panji sebanyak 3 juta ton per tahun.Â
“Artinya jika nanti ditutup, maka kita akan kehilangan kurang lebih 5,7 juta ton pertahun,” terang dia.Â
Menurutnya, ketimbang melakukan penutupan, sebaiknya pemerintah merevitalisasi mesin/alat di pabrik gula atau membangun pabrik modern di Situbondo.Â
“Karena pabrik gula yang ada di Kabupaten Situbondo ini bisa dikembangkan juga menjadi pabrik gula rafinasi terbesar minimal di Jawa karena masih mempunyai alat-alatnya. Selain itu, melakukan revitalisasi adalah solusi terbaik dibanding harus menutup pabrik gula dengan dampak yang luas,” pungkas dia.
Laporan: Muhammad Hafidh
Foto: Istimewa