KedaiPena.Com – Bandara Kertajati di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, belum dimanfaatkan secara maksimal. Ini bisa dilihat dari intensitas penerbangan yang sepi di Kertajati.
Citilink yang mendapat penugasan beroperasi di sana juga menghentikan sementara. Anggaran Rp3 triliun untuk membangun bandara ini seperti sia-sia.
Demikian disampaikan oleh Anggota Komisi V DPR RI Bambang Haryo Soekartono saat menanggapi respon dari belum maksimalnya bandara tersebut.
“Bandara yang diklaim terbesar di Indonesia ini, ternyata menurutnya tak sesuai faktanya. Kapasitas Kertajati bila dibandingkan dengan sejumlah bandara lain di Indonesia sangat jauh berbeda,†ujar dia kepada wartawan, di Jakarta, Sabtu (30/6/2018).
Tak hanya itu, kata dia, ‘parking stand’ Kertajati hanya bisa untuk 10 pesawat. Sangat jauh dari idealnya sebuah bandara besar.
“Sebagai contoh, bandara di Yogyakarta memiliki kapasitas parking stand 22. Di bandara lainnya seperti Surabaya 44, Balikpapan 18, Semarang 16, Makassar 37, dan Cengkareng 106. Idealnya, sebuah bandara besar kelas internasional harus memiliki setidaknya 50 ‘parking stand’,†imbuh dia.
“Belum lagi fasilitas garbarata Kertajati hanya empat. Bandara internasional di Cengkareng punya 67 garbarata,†sambung dia.
Selain itu, ujar dia, akses transportasi massal dari dan ke Kertajati belum ada. Selama ini para penumpang pesawat di Bandara Kertajati masih menggunakan transportasi ojek.
Jarak tempuh Kertajati ke Bandung mencapai tiga jam dan ke Jakarta enam jam. Melihat akses transportasinya yang masih minim, masyarakat pun, tak berminat bepergian ke Bandara Kertajati.
Pada bagian lain, dia melanjutkan, kondisi apron di Kertajati yang masih berupa beton dan belum diaspal. Hal Itu berbahaya bagi pesawat.
“Turbin pesawat bisa rusak karena menyedot banyak partikel debu dari landasan. Panjang landasan Kertajati juga hanya 2.750 m. Idealnya, mencapai 3.500 m agar bisa didarati pesawat berbadan besar seperti Boeing 777,†beber dia.
Dengan kondisi demkian, tegas dia, pemerintah harus bertanggung jawab, karena tak ada satu pun penerbangan di Kertajati. Jadi, sampai saat ini belum dimanfaatkan dengan baik.
Sebab, jelas dia, fakta lain tentang Kertajati, volume penumpang di Ketajati hanya 5 juta per tahun. Sementara di Balikpapan bisa mencapai 15 juta per tahun.
“Begitu juga di Surabaya bisa 40 juta per tahun, Semarang 6,5 juta, dan Cengkareng 60 juta. Kertajati juga belum memiliki terminal cargo hingga kini,†pungkasnya.
Laporan: Muhammad Hafid