KedaiPena.Com – Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Sodik Mudjahid, mengatakan sangat menyesalkan pemeriksaan yang dilakukan aparat keamanan terhadap rombongan umat Islam di Jawa Timur yang hendak mengikuti kegiatan doa bersama di Mesjid Istiqlal Jakarta, Sabtu (11/02).
“Polisi sudah berlebihan merampas hak orang untuk ibadah, untuk berkumpul dan untuk sampaikan pendapat,” tutur Sodik kepada wartawan di Jakarta, Jumat (10/02).
Menurut Sodik, hal ini terjadi karena polisi tidak percaya kepada kemampuan, kekuatannya dan miskin dalam pola pendekatan.
“Seperti kata pakar politik Prof. Asep Warlan dari Unpar, polisi sudah benar-benar jadi alat penguasa dan mitra koalisi politik penguasa, bukan lagi pelindung dan pengayom rakyat,” sindir dia.
Sodik pun menganggap bahwa umat Islam selama ini seringkali mendapat perlakuan diskriminatif dari rezim ke rezim.
“Soal melukai sudah tentu dan tidak kami persoalkan. Yang kami persoalkan adalah pertama, apa bedanya aparat keamanan zaman Orla, Orba dan zaman reformasi. Kedua, kenapa polisi tidak adil perlakuan kepada umat Islam dan kepada gerakan yang lain terhadap komunis? Ketiga, kenapa polisi begitu takut kepada umat Islam, mayoritas bangsa?,” tegas dia.
Selain itu, dia menduga, bahwa sikap aparat kepolisian terhadap umat Islam selama ini karena pemimpin Polri tidak percaya diri. Sehingga dia mengambil cara-cara, asal bapak senang (ABS). “Bisa jadi Polri sudah disusupi anasir-anasir anti Islam,” ujarnya.
Dia menegaskan, harusnya umat Islam yang mayoritas itu didekati bukan dimusuhi. “Kalau dijauhi apalagi dimusuhi, maka sampai mati mereka siap melawan siapapun. Lakukanlah silaturahmi dan persuasi dan kemitraan. Kalau konflik dan bermusuhan terus-terusan dengan umat Islam. Maka artinya negara tidak akan aman terus,” tegas dia.
“Artinya polisi kerja keras dan tegang terus. Belajarlah dari TNI yang pada zaman Orba melakukan hal yang sama dan sekarang mereka sudah mereformasi diri,” pungkasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh