KedaiPena.Com – Anggota Komisi VI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (FPAN) Mohammad Hatta mempertanyakan rencana PLN (Persero) yang akan menggunakan listrik berbasis diesel dan atau genset untuk listrik pedesaan dari dana PMN tahun anggaran 2019.
Pasalnya, strategi PLN itu sangat memboroskan duit rakyat dan dia khawatir PLN akan terus mengalami kerugian.
“Pak Sofyan tadi ngomong listrik ini akan berbentuk diesel atau genset Bapak kan tahu resiko itu sangat besar dan mahal Kenapa tidak dipikirkan menggunakan solar cell atau solar panel,” cecar Wakil rakyat dari Dapil Jateng V (Solo, Klaten, Boyolali, dan Sukoharjo) kepada Direktur Utama PLN, Sofyan Basir di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, ditulis, Kamis (12/7/2018).
Menanggapi pertanyaan itu, Sofyan pun mengakui bahwa penggunaan genset dan diesel sangat tidak efisien dan dipastikan investasinya akan gagal atau tidak balik modal.
“Bapak bilang ini tidak efisien, benar pak ini sangat tidak efisien. Kalau PLN ditanya mau tidak, PLN pasti jawabnya sebenarnya itu tidak mau, karena begitu satu rumah kami siapkan lampu maka terjadi kerugian pasti pak dan tidak akan kembali investasinya,” kata dia.
“Tapi dia (rumah yang dialiri listrik menggunakan genset atau diesel) sebagai warga negara berhak mendapatkannya. Itu kadang-kadang dilema bagi kami pak. Tapi hari ini kita enggak bicara telur dan ayam, kami tidak bisa memilih tapi kami pasrahkan nanti setelah terjadinya,” jawabnya.
Sofyan menerangkan, memang saat ini menggunakan teknologi terbarukan seperti sollar panel atau sollar cell bisa lebih murah. Akan tetapi, kata dia, dengan menggunakan sollar panel atau sollar cell maka listrik tak akan hidup selama 24 jam dan harga baterainya saat ini juga sangat mahal.
Untuk sollar panel, kata dia sangat bergantung pada sinar matahari untuk bisa menjadi listrik. Padahal, kata dia, efektifnya cahaya sinar matahari diserap oleh panel tersebut hanya untuk 4 jam, sementara kebutuhan listrik masyarakat adalah 24 jam.
“Mataharinya hanya 4 jam, habis itu dia mati. Dan 4 jam ini siang pak, justru malam yang kita butuh,” katanya lagi.
Begitu juga dengan sollar cell. Menurut dia, dalam hal biaya perawatan solar cell beserta baterai penyimpan daya listriknya jauh lebih mahal.
“Luar biasa harganya mungkin pak. Mudah-mudahan 10 tahun ke depan industri baterai maju dan bisa sangat murah,” jawabnya.
“Dan kalau itu terjadi nanti pak, memang pasti kita akan pindah ke teknologi baru terbarukan yaitu dengan baterai. Tapi hari ini dalam 1 tahun ke depan mereka harus nyala dan bisa 24 jam. Tidak ada jalan lain yaitu sementara pakai diesel,” tambah dia.
Tak puas dengan jawaban Sofyan, Hatta pun kembali mengkorek lebih dalam ihwal strategi pilihan PLN tentang pembangkit listrik.
“Saya itu pasang solar cell juga di rumah saya di Perth, Australia (buktinya nyala 24 jam),” lanjut Hatta.
Menurut dia, pilihan strategi pembangkit listrik yang dilakukan PLN sangat tidak masuk akal. Sebab, selain sangat ketinggalan zaman dan pemborosan, negara juga menjadi terlihat tak memiliki gaya.
“Sekarang pemerintah Australia lebih gila-gilaan lagi dalam melakukan efisiensi energi. Artinya yang paling efisien untuk saat ini adalah solar cell mengapa kok itu tidak jadi pilihan bagi. Itu pertanyaan saya. Bapak boleh bilang ini itu dan sebagainya, tapi saya minta tolong dikaji,” tegas Hatta.
Laporan: Muhammad Hafidh