KedaiPena.Com– Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) meminta Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) mengantisipasi keberadaan cukai palsu. Pertanyaan ini dilontarkan Wakil Ketua BAKN DPR RI Anis Byarwati dalam acara kunjungan lapangan BAKN ke Perum Percetakan Uang Republik Indonesia (Peruri) di Karawang Jawa Barat.
Kunjungan lapangan ini dilaksanakan pada Kamis (2/6/2022) dalam rangka Penelaahan BAKN atas Laporan Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK) RI tentang pengelolaan cukai tembakau.
“Antisipasi yang telah dilakukan Peruri sendiri seperti apa, supaya kedepan tidak ada lagi pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab menggunakan cukai palsu dan sampai sekarang masih terus terjadi?,” papar Anis sapaanya Jumat, (3/6/2022).
Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi PKS ini juga mengingatkan Peruri agar membuat kebijakan khusus dan menindaklanjuti kasus cukai palsu yang kerap terjadi. Ia juga mengingatkan agar Peruri memiliki mekanisme khusus ketika ditemui kerusakan pada cukai yang asli.
Pasalnya, dalam informasi yang diterimanya, Anis mengatakan masih ditemukan permasalahan petugas Peruri tidak membuang cukai yang cacat dan rusak sehingga bisa digunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab.
“Hal ini perlu menjadi perhatian khusus Peruri agar peristiwa serupa tidak terulang,”ujar Anis.
Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan ini juga menyoroti kebijakan pengelolaan dana bagi hasil cukai tembakau yang dilakukan pemerintah daerah.
Pemerintah Kabupaten Karawang menyatakan telah menerima dana bagi hasil tembakau sesuai Undang-undang. Alokasi dana tersebut yang paling besar digunakan untuk kebutuhan Kesehatan terutama penanganan/pengobatan penyakit paru-paru.
Anis tidak memungkiri bahwa beberapa pemerintah daerah agak kebingungan dalam memanfaatkan alokasi dana ini, karena setiap tahun ada dana besar yang diperuntukkan untuk mengobati penyakit paru-paru.
Ia menegaskan, pada akhirnya pemerintah daerah membuat rumah sakit khusus paru-paru seperti yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Karawang.
Hal terakhir yang disampaikan Anis dalam kunjungan ini terkait dengan dilema permasalahan rokok yang tidak pernah selesai. Ia mengakui bahwa disatu sisi rokok dicerca terus, tetapi pendapatannya ditunggu-tunggu oleh negara. Bahkan 95% cukai berasal dari tembakau, dan pemerintah melakukan pemantauan yang ketat terhadap cukai tembakau dengan target yang cukup besar.
“Satu hal yang kita ingin saya dengar di sini adalah bagaimana antisipasi dari Dirjen Beacukai dalam rangka pengawasan dan optimalisasi penerimaan negara dalam menyelesaikan bea dan cukai tembakau. Dirjen Beacukai perlu melakukan antisipasi karena cukai terbesar dari tembakau, penerimaan negara terbesar dari cukai tembakau, sehingga membutuhkan pengawasan bea cukai itu tersendiri,”pungkasnya.
Laporan: Muhammad Hafidh