KedaiPena.Com – Bank Indonesia (BI) menetapkan proyeksi pertumbuhan kredit 2018 sebesar 12-14 persen, lebih tinggi 10-12 persen daripada 2017. Sementara OJK memproyeksikan pertumbuhan kredit 11-12 persen lebih tinggi daripada 2017 yang mencapai 11,7 persen.
Menanggapi hal tersebut Anggota Komisi Keuangan DPR RI Heri Gunawan mengaku ragu dengan proyeksi tersebut. Heri mengungkapkan hal tersebut lantaran saat ini pertumbuhan ekonomi yang berkisar antara 5-6 persen dirasa masih akan membuat perbankan melakukan pengetatan kredit.
Belum lagi, kata Heri, jika melihat lemahnya daya beli masyarakat yang ditunjukkan oleh rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga, itu juga jelas akan menjadi sebuah ukuran.
“Artinya, ke depan, risiko tetap ada, meski dalam taraf yang kecil. Pada konteks global, lemahnya ketidakpastian harga komoditas masih akan berpengaruh terhadap respon perbankan untuk penyaluran kredit,” ujar Heri dalam keterangan kepada KedaiPena.Com, Rabu (27/12).
Lebih jauh, Heri juga menjelaskan, pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi tumbuh masing-masing yaitu 10,9 persen (tahun ke tahun) dan 9,5 persen tahun ke tahun.
Ini berarti, kata Heri, bisa ditarik kesimpulan bahwa pertumbuhan kredit rata-rata masih single digit. Ke depan, usaha ke arah double digit perlu dilakukan dengan usaha ekstra.
“Dan saya meyakini pertumbuahan kredit ke depan masih akan didorong oleh sektor korporasi. Penyaluran kredit pada masyarakat luas masih akan kecil terutama kepada usaha harian,” imbuh Politikus Gerindra ini.
Perbankan sendiri, lanjut Heri, akan melakukan penyaluran kredit jika Non Performing Lian (NPL) sudah di bawah 3 persen. Dengan hal tersebut, penyaluran kredit yang minim terhadap usaha-usaha riil masyarakat masih akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah.
Laporan: Muhammad Hafidh