KedaiPena.com – Upaya untuk mendorong pengelolaan sampah organik secara lebih tepat, dilakukan oleh Pusat Pengembangan Generasi LHK dengan memberikan penyuluhan secara langsung, yang diikuti pendampingan dan pemberian perlengkapan budidaya maggot pada 40 sekolah di Sragen, Jawa Tengah. Harapannya, kegiatan ini akan semakin men-trigger semua pihak untuk mulai melakukan pengelolaan sampah di sumber sampah itu sendiri.
Kepala Pusat Pengembangan Generasi LHK, Luckmi Purwandari menjelaskan pihaknya melakukan upaya untuk mendorong semua tingkat pendidikan, SD hingga SMA maupun yang sederajat untuk melakukan gerakan peduli dan berbudaya lingkungan hidup.
Ia menyebutkan ada enam aspek sebagai indikatornya.Yang memenuhi semua indikator tersebut akan menjadi Sekolah Adiwiyata. Yaitu, kebersihan dan sanitasi; pengelolaan sampah; penanaman pohon; konservasi air; konservasi energi; dan inovasi ramah lingkungan.
“Untuk pengelolaan sampah ini, kami melihat masih ada yang kurang di sekolah-sekolah itu. Kan sampah itu terbagi dua, organik dan anorganik. Yang anorganik ini, sudah ada bank sampah. Tapi untuk yang organik, yang sisa makanan ini belum terkelola dengan baik. Apalagi nanti akan ada program makan bergizi gratis, artinya akan semakin terbuka potensi keberadaan sisa makanan,” kata Luckmi saat acara Seruling di Dormitori Pusat Pengembangan Generasi LHK, kawasan Puspitek Tangerang Selatan, Sabtu (30/11/2024).
Untuk pengelolaan sampah organik ini, lanjutnya, ada dua hal yang bisa dilakukan, yakni menjadikannya sebagai kompos atau melakukan budidaya maggot.
“Ini lah yang kami lakukan di Sragen, memberikan penyuluhan budidaya maggot, sebagai cara untuk mengelola sampah sisa makanan. Kenapa Sragen? Karena pemdanya itu sangat mendukung dan concern terhadap sekolah adiwiyata,” ucapnya.
Luckmi menyebutkan ada 41 sekolah di Sragen yang mendapatkan penghargaan Adiwiyata pada tahun 2022. Karena itu, PPG-LHK memutuskan untuk memberikan apresiasi, dengan cara menggelar Bimbingan Teknis, yang bekerja sama dengan SMA Negeri 1 Sragen dan Pemda Sragen.
“Bimtek ini ditujukan bagi pengelola sampah dan kader adiwiyata di sekolah-sekolah, atau bagi yang belum adiwiyata. Kemarin itu ada 40 sekolah. 20 sekolah dari Kabupaten Sragen, 10 dari Kota Surakarta,dan 10 dari Karanganyar,” ucapnya.
Para peserta Bimtek ini menurutnya, mendapatkan penyuluhan, praktik, dan saat pulang dibekali dengan seperangkat alat budidaya maggot.
“Harapannya, setelah satu bulan nanti, kita sudah bisa melihat hasilnya,” ucapnya lagi.
Ia menyatakan penyuluhan ini disertai pula dengan pendampingan, sehingga pengelolaan sampah di sekolah bisa dilakukan dan bisa memberikan nilai tambah bagi para pelaku budidaya.
“Intinya, kami mengajak semua pihak untuk melakukan pengelolaan sampah ini dilakukan di tempat sampah itu berasal. Tak perlu diangkut kesana kemari,” kata Luckmi.
Ia pun menginformasikan bahwa maggot-maggot yang dibudidayakan ini bisa digunakan sebagai pakan ikan, pakan ayam, hingga menjadi pelet.
“Kita menunggu konsistensi dari pihak sekolah yang sudah diberikan penyuluhan. Harapannya, bisa menjadi sistem sirkular di wilayah tersebut. Artinya, ke depannya, akan semakin sedikit sampah yang harus dibawa ke tempat pembuangan akhir. Pelaku budidaya pun bisa mendapatkan penghasilan dari pengelolaan sampah organik ini,” pungkasnya.
Laporan: Ranny Supusepa