KedaiPena.Com – Politikus PDIP Hendrawan Supratikno memberikan pandanganya terkait dengan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang kian terus melemah.
Kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sudah memasuki level baru yaitu Rp 15.055. Kondisi ini pun semakin memprihatinkan lantaran ini merupakan posisi terlemah rupiah sepanjang 2018.
Ditarik jauh ke belakang, ini juga menjadi titik terlemah rupiah sejak 10 Juli 1998, saat Indonesia masih mengalami nestapa akibat terpaan krisis moneter (krismon).
Anggota Komisi Keungan DPR RI, Hendrawan Supratikno menilai kondisi tersebut belum terlalu mengkhawatirkan. Hal tersebut asal inflasi terkendali.
“Yang penting bagi rakyat banyak tentu inflasi. Selama inflasi terkendali, termasuk efek perubahan kurs terhadap harga- harga barang, ekonomi masih dinilai ok,†ujar Hendrawan dalam perbincangan dengan KedaiPena.com, ditulis Kamis (4/10/2018).
Hendrawan menilai yang cukup berisiko dengan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar saat ini adalah dampak psikologisnya. Kebijakan publik pada akhirnya terkait dengan psikologis masyarakat.
“Jadi kami harap Bank Indonesia dan pemerintah tetap hati-hati dan waspada terhadap unsur spekulasi yang ikut bermain di pasar valuta, dan tetap konsisten dengan kebijakan untuk mengurangi beban defisit transaksi berjalan,†beber Hendrawan.
Khusus unsur-unsur spekulasi yang dimaksud oleh Hendrawan, adalah para oknum yang kerap sekali suka menciptakan krisis mata uang lantaran menangguk laba besar.
“Kapitalisme global selalu cenderung tidak stabil. Jadi regulator harus lebih antisipatif daripada spekulator, mereka yang suka menciptakan krisis mata uang karena akan menangguk laba besar darinya,†pungkas Politikus PDIP ini.
Sementara itu, Begawan Ekonomi Rizal Ramli menilai kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang sudah menyentuh angka Rp 15.000 sebagai sebuah permulaan.
“Apakah Rp 15.000 sudah akhir? kami mohon maaf, tidak, ini baru permulaan,” kata Rizal.
Ia menyatakan hal tersebut karena mempertimbangkan beberapa faktor. Pertama, dia mengatakan Bank Sentral AS akan kembali menaikkan suku bunganya.
“Sederhana alasannya, kita tanya apakah AS akan menaikkan lagi tingkat bunga? jawabannya iya,” paparnya.
Tidak sampai di situ, Rizal menganggap risiko yang sedang dialami oleh sejumlah negara emerging market bakal berdampak ke Indonesia.
Diketahui memang kondisi di beberapa negara emerging market sedang tidak baik. Mulai dari Argentina hingga Turki sedang dihadapi krisis ekonomi.
“Apakah risiko di emerging market bakal punya dampak ke Indonesia? jawabannya iya,” ujarnya.
Belum lagi trade war alias perang dagang antara China dan AS yang kian memanas yang semakin menyebabkan ketidakpastian global. Oleh karenanya, dengan tiga faktor itu, Rizal menilai pelemahan rupiah ke level Rp 15.000 baru permulaan.
“Jadi apakah rupiah sudah stabil Rp 15.000, kami katakan belum karena 3 (faktor) tadi. Satu AS akan naikkan lagi tingkat bunga, kedua risiko emerging market punya dampak ke Indonesia, ketiga trade war punya efek,” tambahnya.
Laporan: Muhammad Hafidh