PERHELATAN Pilgub Jakarta 2017 sebentar lagi akan dimulai. Perbincangan siapa yang bakal menduduki DKI 1 mulai sering dibicarakan dari mulai elit politik hingga ke akar rumput.Â
‎Sampai saat ini baru 2 nama yang muncul, yaitu Basuki T Purnama (AHOK) didukung Partai Golkar, NasDem dan Hanura dan Sandiaga Uno didukung oleh Partai Gerindra. DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara, Pusat Pemerintahan dan Pusat Bisnis menjadi barometer Indonesia. Â
AHOK selama menjadi pemimpin DKI Jakarta mengundang banyak polemik. Gaya kepemimpinan AHOK yang arogan, anti kritik, tidak manusiawi, tidak punya sopan santun. Itu dapat dilihat dari cara bicaranya yang kotor hingga membuat kebijakan yang tidak pro rakyat, sehingga dapat di bilang AHOK terlalu berbahaya bagi keutuhan Republik Indonesia.Â
AHOK melakukan pendekatan proses pembangunan DKI Jakarta melalui penggusuran dan peminggiran masyarakat kaum marginal yang mungkin telah lama hidup di Jakarta dibanding AHOK.Â
AHOK bukan menghapus kemiskinan serta memberdayakannya, melainkan melakukan pemiskinan dan membuang orang miskin. AHOK juga merasa jijik dengan kekumuhan makanya dia melakukan penggusuran bukan menata.Â
Orang miskin dianggap sampah oleh AHOK sehingga orang miskin harus terusir dari peri kehidupannya.
Hal ini dikarenakan kedekatan AHOK dengan para pengusaha dan pengembang serta kelompok kelas menengah “ngehe” yang tidak pernah berpihak kepada kaum miskin.
Rizal Ramli Sebagai Jalan Perubahan
Rizal Ramli merupakan sosok yang kita kenal dikalangan aktivis sebagai seseorang yang sangat kritis, humanis, tegas, intelek dan santun. Hal ini yang menandakan perbedaan mendasar dari watak seorang pemimpin dibanding AHOK.
Rekam jejaknya sebagai aktivis yang kritis dimulai dari zaman mahasiswa dulu hingga sekarang. Sikap kritisnya dapat di lihat belakangan ini dari polemiknya dengan mantan Menteri ESDM Sudirman Said dalam proyek Blok Masela, juga dengan Jusuf Kalla terkait nomenklatur kementeriannya.Â
Selain itu, Ia juga ngepret di proyek listrik 35 ribu watt, PT Freeport, Pelindo, dan belakangan Rizal Ramli berseteru dengan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok terkait reklamasi Pulau G di Teluk Jakarta.
Terlihat jelas keberpihakan Rizal Ramli dalam bersikap. Rizal Ramli sangat membela kepentingan Nelayan di Muara Angke dibandingkan dengan AHOK yang membela kepentingan pengusaha (pengembang).Â
Dan Rizal Ramli membela kepentingan nasional dengan menghentikan reklamasi pulau G yang secara prinsip adanya pelanggaran berat.
Akan tetapi pasti banyak yang akan mencibir, bahwa orang sekelas Rizal Ramli turun kelas mau menjadi DKI 1. Namun dilihat dari track recordnya terhadap keberpihakannya sebagai seorang aktivis, seorang Rizal Ramli tetap akan berjuang di jalannya.Â
Rizal Ramli tidak pernah berhenti berjuang demi menuju Indonesia yang adil, makmur dan beradab dimanapun pun tempat, sekalipun tidak menjabat apa-apa.
Namun DKI Jakarta butuh figur Rizal Ramli untuk memimpin, dan kami meminta agar Rizal Ramli mencalonkan diri menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Oleh Agung W Hadi, Koordinator Komunitas Aktivis’98‎