KedaiPena.Com – Untuk lebih mengembangkan teknologi nuklir bagi kepentingan masyarakat, sekaligus sosialisasi teknologi nuklir kepada seluruh pelaku bisnis dan masyarakat, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) menggelar kegiatan temu bisnis yang membahas tentang pemanfaatan radioisotop dan radiofarmaka.
Kepala Batan, Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan, forum ini merupakan sesuatu yang penting, karena dapat digunakan untuk mengenalkan BATAN dan produknya.
“Kita dapat mengenalkan peran dan produk BATAN misalnya peran kita tidak hanya sebagai penghasil litbang saja, tetapi juga berperan sebagai technical supporting organization (TSO), serta sebagai clearing house teknologi nuklir,†kata Djarot di Gedung 720 Puspiptek Serpong.
Djarot mengungkapkan harapannya agar forum temu bisnis ini bisa mempertemukan pihak-pihak terkait dan bisa memberikan peluang bisnis maupun menghasilkan solusi atas masalah yang mungkin ada selama ini.
“Selain sebagai forum bisnis, kami berharap forum ini juga sebagai ajang sosialisasi produk Batan terkait teknologi nuklir. Sehingga semakin banyak yang tertarik untuk menggunakan teknologi nuklir dengan mengetahui manfaatnya, ” ungkap Djarot.
Saat ini Batan bekerja sama dengan beberapa pihak, seperti Kimia Farma dan PT Inuki, untuk melakukan pemasaran produksi. Karena Batan sebagai pihak litbang tidak dapat melakukan produksi dan pemasaran.
Bersama PT Kimia Farmasi, pihak Batan memproduksi secara komersial tiga produk kit-radiofarmaka dan dua senyawa bertanda untuk berbagai tujuan aplikasi kesehatan, seperti diagnosa kanker tulang, diaknosa kanker tiroid, terapi paliatif kanker hingga diagnosa penyakit dan ginjal.
Selain itu, BATAN juga tengah melakukan riset produksi radiofarmaka yang potensial dimanfaatkan untuk diagnosa penyakit TBC, fungsi paru dan jantung, serta terapi keloid, kanker tiroid dan prostat.
Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir Indonesia Dr Eko Purnomo mengatakan, kedokteran nuklir di luar negeri yang sangat berkembang. Terlebih nuklir bagi kesehatan telah terbukti menunjukkan lebih ekonomis.
“Seperti untuk terapi gondok yang biasanya berkisar antara Rp10-15 juta, dengan kedokteran nuklir hanya Rp2 juta saja,†jelasnya.
Dan Dr Eko juga menyampaikan bahwa walaupun saat ini dokter yang memiliki spesialisasi kedokteran nuklir baru 46 orang dan 12 rumah sakit yang memiliki poli kedokteran nuklir tapi sudah terlihat adanya peningkatan minat dari mahasiswa nuklir untuk mengambil spesialisasi ini.
Dari temu bisnis ini, salah satu yang mencuat adalah keinginan dari para pelaku bisnis agar ada kebijakan dari pemerintah untuk memudahkan pengurusan dari dokumen persyaratan barang yang terkait dengan nuklir.
“Seperti yang diungkap oleh Ibu Ida dari Kimia Farma tentang keinginan satu pintu ataupun keinginan pihak pelaku terkait kemudahan untuk pengurusan dokumen transportasi, memang tidak mudah karena regulasinya memang sedikit rumit. Tapi Batan dalam fungsinya sebagai clearing house akan melakukan tindakan lebih aktif dan mencoba untuk duduk bersama dengan pemangku kebijakan dan mencari solusi dari masalah yang timbul, ” papar Djarot.
Menutup temu bisnis ini, Djarot menekankan potensi besar dari teknologi nuklir, sehingga perlu sinergi dari semua pemangku kepentingan.
Laporan: Aan