KedaiPena.Com – Marsudi Wahyu Kisworo resmi ditunjuk oleh Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Komisaris Independen PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) atau RNI.
Guru Besar Ilmu Komputer yang tahun lalu mendapatkan penghargaan sebagai IT Man of the Year 2020 dari The Economic Reviews yang akrab disapa Marsudi ini mempersiapkan sejumlah program agar PT RNI sebagai holding pangan dapat go digital dari hulu ke hilir.
Program go digital ini sendiri nantinya akan mencakup smart farming di sisi hulu seperti perkebunan kelapa sawit, sawah, tebu dan lainnya, serta digitalisasi platform pangan di sisi hilir. Hal ini selaras dengan penugasan PT RNI sebagai holding seluruh BUMN sektor pangan dari hulu ke hilir.
“Satu-satunya cara membuat
pangan murah itu adalah implementasi teknologi, salah satunya teknologi digitali baik mulai dari hulu sampai hilirnya,” kata Marsudi kepada KedaiPena.Com, Rabu, (7/7/2021).
Untuk di hulu misalnya, kata Marsudi, nantinya akan diterapkan smart farming yang mengadopsi Industri 4.0 di sektor farming.
Sedangkan di sisi hilir, adalah pembangunan platform digital ketahanan pangan nasional. Jadinya, nantinya kalau bisa semua produksi pangan termasuk oleh masyarakat akan dikembangkan melalui pendekatan smart farming.
“Misalnya di hulu adalah bagaimana meningkatkan produksinya sekaligus efisiensi dalam manajemen farming berdasarkan teknologi digital. Sebagai contoh, penerapan smart farming dengan menggunakan IoT, drone, dan artificial intelligence dapat menekan biaya operasional pengelolaan perkebunan sampai 90 persen untuk perkebunan yang sangat luas seperti sawit dan tebu,” kata Marsudi.
“Demikian juga untuk ladang sawah jagung, kedelai, dan padi, smart farming akan menekan biaya produksi karena efisiensi pupuk, air, dan tenaga manusia, sekaligus meningkatkan produktivitasnya secara signifikan,” tegas Marsudi.
Marsudi menilai, smart farming sudah saatnya untuk diadopsi di Indonesia dan sangat diperlukan lantaran saat ini pengelolaan perkebunan maupun sawah masih bersifat tradisional yang memiliki efisiensi maupun produktivitas yang rendah.
“Belum lagi kalau bicara di sisi hilir, sangat banyak inefisiensi yang terjadi sehingga dampaknya misalnya adalah anjloknya harga komoditi pada saat panen, yang tentu secara nasional merugikan bukan hanya petani tetapi juga bangsa” lanjutnya.
Marsudi menegaskan, jika dengan menekan cost produksi akan berdampak baik dari sisi keuntungan karena untuk mendapatkan keuntungan caranya hanya dengan menaikkan harga atau menurunkan biaya.
Menaikkan harga, tegas Marsudi, tidak mungkin dilakukan karena akan membebani rakyat. Karena itu pilihan efisiensi dan menekan biaya jauh lebih baik ketimbang menaikkan harga pangan itu sendiri.
“Salah satu cara yang sudah terbukti dalam menaikkan efisiensi sekaligus meningkatkan produktivitas menekan cost adalah menerapkan teknologi digital dengan benar. Dan disitulah peran yang ditugaskan kepada saya untuk mengawal digitalisasi di sektor pangan dari hulu sampai hilir. Pengalaman dan kompetensi saya selama ini di berbagai institusi termasuk ketika kemarin di Telkom sebagai Komisaris Independen bermanfaat sekali untuk penugasan ini,” tutur Marsudi yang dikenal sebagai arsitek berbagai sistem informasi besar di berbagai lembaga dan arsitek smartcity di beberapa daerah.
Marsudi memastikan, jika nanti RNI menerapkan smart farming, juga akan memberikan pelatihan kepada para petani agar dapat menerapkan digitalisasi smart farming.
“Ya otomatis para petani akan kita bawa juga ke Farming 4.0, yaitu smart farming”, lanjutnya.
Menurut Marsudi, penggunaan Internet of things (IoT), drone, artificial intelligence, dan berbagai teknologi digital lainnya sudah saatnya diadopsi dalam ekosistem ketahanan pangan nasional.
Sedangkan untuk sektor hilir, lanjut Marsudi, dengan digitalisasi mulai dari rantai pasokan sampai ke distribusi akan meningkatkan efisiensi supply chain pangan nasional. Dampaknya misalnya, tidak akan terjadi ketika terjadi penumpukan pangan di satu daerah sementara daerah lain kekurangan.
“Dengan adanya digitalisasi di sektor hilir maka rantai pasok pangan akan lebih stabil dan mengurangi berbagai hal negatif seperti fraud, penimbunan ilegal, dan lain lain,” tegas Marsudi.
Dengan digitalisasi ini, lanjut Marsudi, supply chain pangan nasional akan lebih transparan.
“Apalagi kalau kita buat transparan maka semua orang bisa melihat disitu, stoknya ada berapa adanya dimana,” tandas Marsudi.
Laporan: Muhammad Hafidh