KedaiPena.Com – Terkait tudingan terjadinya kelalaian dalam pelepasan air Dam dan menyebabkan banjir di pemukiman warga dua Kecamatan masing-masing Kecamatan Pandan dan Kecamatan Sarudik, Sabtu (26/11) lalu, Manajer pusat listrik PLTA Sipan Sihaporas, Fajar Pamujianto membantah tudingan tersebut.
“Kalau anggapan (tudingan-red) bisa saja, praduga, karena mereka (warga-red) kan tidak terlibat langsung, maka wajar saja, karena mereka tidak tau permasalahan,†kata Fajar saat ditemui di ruang kerjanya di kompleks PLTA Sipan Sihaporas, Unit 2, Senin (5/12).
Fajar pun menjelaskan pelepasan air DAM yang dilakukan pada saat peristiwa itu terjadi. Menurut ia, sore hari tanggal 26 November tersebut, Dam PLTA mendapatkan kiriman air dari catchment area dalam jumlah besar dan menyebabkan debit air mengalami kenaikan di atas rata-rata normal 237 meter diatas permukaan laut (mdpl).
Dijelaskan, sejak pukul 19.16 WIB debit air mengalami kenaikan 237,890 mdpl. 2 Pintu pembuangan air, masing-masing pintu 3 dan pintu 4 pun dibuka untuk melepaskan air. Namun, air agaknya tak juga surut, pelepasan pun dilakukan secara rutin dengan menggunakan 3 pintu sejak pukul 19.57 WIB dan terus dilakukan secara berturut hingga pukul 22.25 WIB. “Datangnya (air) diluar prediksi dan datang tiba-tiba,†kata Fajar.
Disinggung keluhan warga dimana saat kejadian peringatan tidak diberikan, Fajar juga membantahnya. Menurut ia, 6 stasiun peringatan (warning stasiun) yang telah terpasang saat kejadian diaktifkan setiap 15 menit sekali.
“Warning station ada 6, 3 di internal dan 3 di luar, yang di luar masing-masing di rents operasi yakni di Desa Sipan Sihaporas di Hotel Rindu Alam, kemudian di Ramba Goring-goring dan di gereja HKBP,†katanya.
Kordinasi dengan pemerintah setempat kata Fajar juga telah dilakukan. Tak hanya itu, pihaknya juga berkordinasi dengan Tim SAR untuk mengantisipasi kondisi yang tak diinginkan. “Dan saat kejadian, saya juga di lokasi banjir memantau perkembangan,†katanya.
Soal keluhan masyarakat yang menyebut kenaikan air terjadi secara tiba-tiba, Fajar juga membantahnya. Menurut ia, setiap pelepasan air dari Dam dan mengalir hingga kawasan sungai Sibuluan dimana di bantaran terdapat pemukiman membutuhkan waktu lebih dari 60 menit. “Dari Dam ke sini (kompleks PLTA Sipan Sihaporas, Unit 2red ) saja kurang lebih 1 jam, paling cepat, sementara peringatan kan sudah diberikan sebelum air sampai,†katanya.
Kendati, Fajar tak menampik, kecepatan air bisa saja bertambah dikarenakan debit air yang melimpah. Tak hanya itu, alur sungai yang mengalami erosi juga berkontribusi terhadap kecepatan arus air.
Diberikan, banjir yang disebabkan meluapnya sungai Sibuluan di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Sabtu (26/11) malam, dikeluhkan warga bantaran sungai.
Menurut warga, banjir yang disebut-sebut sebagai banjir terbesar sepanjang sungai tersebut meluap, disebabkan kelalaian pihak PLTA Sipan Sihaporas. Warga juga menyebut banjir yang sudah kerap terjadi telah meresahkan dan membutuhkan solusi penanganan.
Laporan: Dom