KedaiPena.Com – Siapa yang tidak takut kalau sudah ditegur seorang guru. Bahkan, dapat dipastikan, hampir semua orang pernah ditegur bahkan dimarahi guru saat sekolah.
Namun, teguran itu bukanlah sebuah masalah. Yang terpenting guru tidak melakukan tindakan fisik yang menyebabkan murid menjadi trauma.
Muslim Fengki yang saat ini menjabat sebagai Ketua RW 03 di wilayah Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, berbagi pengalamannya sewaktu ia masih duduk di sekolah.
“Ditegur guru mah tidak apa-apa. Asal jangan digebukin anak orang,” kata Fengki sapaan khasnya di Meruya Utara, Jakarta, Rabu (29/6).
Menurut pria yang kental dengan bahasa Betawi ini, guru yang suka memukuli anak murid, seharusnya jangan jadi guru, melainkan jadi petinju saja. Dirinya lalu bercerita sewaktu sekolah, pernah dipukuli guru karena masalah kecil.
“Waktu SMP, saya pernah dipukulin sama guru, kayak sparing tinju. Cuma gara-gara masalah kecil, itu guru saya kentutin terus dia ga trima,” lanjut Fengki. “Seharusnya, kalau gak suka dikentutin balas dengan kentut lagi,” sambungnya.
Saat itu, lanjut Fengki, belum ada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) yang menangani persoalan yang menyangkut hak-hak manusia.
“Jadi, saya ngadunya sama abang saya. Dan tuh guru bawain golok, tuh guru kabur. Dia ga tau abang saya pendekar semua,” katanya sambil tertawa.
Akhirnya, tambah Fengki, guru tersebut meminta maaf kepada dirinya. Bahkan, guru tersebut menjanjikan nilai bagus tanpa perlu ikut ujian, asalkan dirinya tidak diadukan kepada abang-abangnya lagi.
“Dia (guru) janjiin saya nilai 8 walaupun saya tidak ikut ulangan. Asal jangan ngadu lagi sama abang saya,” kata dia.
Namun, Fengki menegaskan menolak tawaran guru tersebut. Karena baginya mendapatkan nilai bagus tanpa ujian sama saja pembodohan.
“Untuk damai minta maaf saya terima. Tapi kalau dikasih nilai 8 tanpa ulangan, saya tidak terima. Itu bikin kita bodoh. Saya minta nilai saya sesuai dengan hasil ulangan saya,” tegas Fengki.
Dirinya mengenang, hingga akhirnya guru itu akrab hingga SMA dan perguruan tinggi hubungannya masih terjalin erat. “Meskipun, sekarang dia sudah almarhum,” kenangnya.
(Prw/Fah)