KedaiPena.Com – Calon Wakil Wali Kota Tangsel nomor urut 3, Pilar Saga Ichsan dalam debat publik kedua melontarkan pertanyaan kepada paslon nomor urut 2, Siti Nur Azizah-Ruhamaben soal opini isu kepemimpinan beda agama.
“Isu kepemimpinan dalam kehidupan beragama, sering muncul dalam Pemilu dan Pilkada seperti memilih pemimpin yang sekeyakinan atau harus memilih pemimpin yang satu suku yang dapat menimbulkan potensi disharmonis atau kerawanan di sosial masyarakat kehidupan bermasyatakat. Saya ingin bertanya bagaimana pandangan paslon nomor urut 2 terkait isu kepemimpinan ini?,” tanya Pilar anak dari Ratu Tatu Chasanah dan keponakan dari Ratu Atut Chosiyah.
Azizah yang menerima pertanyaan itu dari Pilar, menjawabnya dengan penuh keyakinan. Karena, menurut Azizah menjadi seorang pemimpin tidak boleh pandang bulu dan tidak boleh diskriminasi.
“Tentu kalau kita bicara soal kepemimpinan itu, kita tahu bahwa pemimpin adalah yang harus di dalam satu pemerintah harus melayani, yang mau melayani, yang mau mengayomi, melindungi tidak hanya mayoritas tapi juga minoritas, termasuk juga yang marjinal,” tegas Azizah.
“Jadi saya kira isu yang disampaikan terkait kepemimpinan kembali kepada semangat untuk menjadi seorang pemimpin. Pemimpin tidak boleh pandang bulu, tidak boleh diskriminasi. Keutamaannya adalah membuat kemaslahatan semangat yang disampaikan Permata, bahwa harus ada pemerataan baik itu kemajuan maupun kesejahteraan, sehingga tumbuh keadilan ditengah masyatakat. Jadi poin penting itu harus untuk semua tanpa diskriminasi,” lanjutnya.
Senada dengan Azizah, Ruhamaben juga menyebutkan jika, janganlah kita masuk ke isu yang tidak substansial. Karena, menjadi pemimpin yang dilihat adalah integritas, kapasitas, kapabilitas dan akseptabilitas soerang pemimpin.
“Saya sepakat dengan Ibu Azizah, kepemimpinan itu harus dilihat, pertama adalah integritas bisa dilihat dari track recordnya, yang kedua kapasitas dan kapabilitasnya maka ini sangat penting sekali. Yang terakhir akseptabilitas artinya siapa yang dipimpin siapa yang cocok dengan yang memimpin, ini akan saling ketemu,” tandas Ruhamaben.
“Karena kalau pemimpin, pemimpin warga yang kira-kira bisa merealisasikan harapannya maka Insya Allah pemimpin itu akan lahir ditengah-tengah masyatakat Tangsel. Jadi, kita jangan masuk ke isu yang tidak substansial,” paparnya.
Laporan: Sulistyawan