KedaiPena.Com – Kehadiran PT Pembangunan Investasi Tangerang Selatan Persero (PT PITS) pada 8 Mei 2014 untuk Kota Tangerang Selatan, dilatarbelakangi pertumbuhan ekonomi sangat luar biasa. Dari situlah PT PITS hadir menjawab peluang bisnis.
“Pada saat itu kenapa Tangsel membutuhkan PT PITS, karena pemegang saham atau Pemkot pada kala itu melihat pertumbuhan ekonomi Tangsel sangat tinggi,” kata Direktur Utama PT PITS Dudung E. Diredja ke KedaiPena.Com, belum lama ini.
Pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Kota Tangsel terhitung sampai 7 sekian persen pada saat itu.
“Berarti dengan pertumbuhan ekonomi yang begitu tinggi, ini menjadi banyak peluang bagi para pebisnis,” tegas dia.
Alasan selanjutnya, tidak seluruhnya kebutuhan atau pembangunan ini bisa disediakan oleh SKPD atau kedinasan. Karena ada beberapa sektor pelayanan publik masih harus dikerjakan oleh BUMD.
Seperti contoh misalnya di bidang air. Pelayanannya tersebut tidak bisa dilakukan dinas karena ada unsur bisnis dan jual beli di dalam pengelolaan air.
“Hal itu pula yang memicu didirikannya PT PITS, karena jelas bahwa BUMD itu alat pemerintah daerah dalam mencapai RPJMD,” beber dia.
Soal bagi hasil keuntungan ke kas daerah, Dudung menegaskan bahwa tidak ada hitung-hitungan kaku soal ini.
“Masalah pendapatan ke kas negara itu adalah kewenangan dari pemerintah daerah. Jadi sangat tergantung dari kebijakan pemerintah daerah, dan itu di putuskan di dalam RUPS (rapat umum pemegang saham),” tegas dia.
Sayang Dudung tidak mau menjelaskan secara rinci soal deviden yang sudah disetorkan ke kas daerah semenjak PT PITS terbentuk pada 2015. Padahal, perusahaan ini sudah disuntik modal puluhan miliar oleh daerah.
“Jadi kalau pemerintah daerah bilang PT PITS jangan dulu ‘selling’ ya kita ga akan ‘selling’. Tapi kalau di minta untuk ‘selling’ nanti ada aturannya di dalam perda itu,” tandas Dudung.
Keberadaan PT PITS saat ini memang menjadi sorotan publik Tangerang Selatan (Tangsel).
Alasannya, perusahaan penghasil BUMD ini ditolak mendapatkan penyertaan modal daerah sebesar Rp33 miliar.
Angka ini merupakan bagian dari total penyertaan modal daerah, senilai Rp87,4 miliar sejak 2014.
Laporan: Sulistyawan