KedaiPena.Com – Begawan ekonomi kerakyatan Rizal Ramli khawatir dan gelisah bahwa ekonomi Indonesia makin merosot dan setahun ke depan.
Kecenderungannya, ke depan, akan digoreng terus isu 3R (Radikalisasi, Radikulisasi dan Radikolisasi). Hal ini dilakukan supaya diskursus soal-soal ekonomi, kemiskinan, ketimpangan dan persoalan sosial lain, seperti Papua dan lain-lain, menjadi tidak lagi penting.
Tokoh nasional, lima tahun lalu memuji visi Jokowi yang ingin agar produksi pangan meningkat dan Indonesia berdaulat di bidang pangan. Tapi kenyataannya, yang terjadi selama memerintah, Jokowi justru banyak melakukan impor pangan. Dan ini mematikan petani.
“Ingin batasin impor, tapi malah impornya Indonesia ugal-ugalan. Itu karena menterinya yang dipilih raja impor,” ujarnya di Jakarta, belum lama ini.
Tidak hanya soal impor. Jokowi dulu juga ingin ekonomi berpihak para rakyat dengan mengusung nawacita trisakti. Tapi yang terjadi lagi-lagi salah arah.
“Kebijakan malah neoliberal. Karena memilih menteri seperti SPG (Sales Promotion Girl) dari Bank Dunia,” tegasnya.
Sedangkan Menkeu Sri Mulyani bertekad menambah utang terus karena sudah buntu mencari solusi krisis ekonomi yang dia hadapi.
Bank Dunia menyatakan pertumbuhan ekonomi RI bakal merosot dan suram sedang utang membengkak.
Hal ini dibuktikan ketika minggu lalu pemerintah menerbitkan surat utang, atau surat pinjaman. Sepanjang Oktober ini, pemerintah telah menjala Rp65,1 triliun utang baru.
Rencananya (29/10/19), pemerintah akan terbitkan surat utang lagi dengan target perolehan Rp7 triliun.
Laporan: Muhammad Hafidh