KedaiPena.Com – Anggota Komisi IV DPR RI Akmal Pasluddin menyesalkan meningkatnya jumlah impor garam tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya, baik untuk garam industri maupun rumah tangga.‎
Akmal menyesalkan hal tersebut sebab hal tersebut menunjukkan belum adanya political will untuk meningkatkan teknologi pengolahan garam secara mandiri dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun ekspor.‎
“Oleh karena itu, regulasi harus sampai pada titik swasembada garam dimana memerlukan harmonisasi 4 kementerian, yakni kementerian Kelautan Perikanan, kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perdagangan. Masing-masing harus saling mendukung, mulai dari pembinaan petani garam agar kualitas produksinya baik, pembinaan pabrik-pabrik garam oleh kementerian perindustrian, PT. Garam selaku BUMN menyerap sebesar-besar garam petani dan pengendalian harga oleh kementerian perdagangan,†jelas Akmal di Jakarta, Kamis (20/10).‎
Akmal melihat, jumlah impor garam kian meningkat tahun ini. Negara ini belum ada perbaikan dalam tata kelola garam apalagi hingga mencapai tahap menghentikan impor garam.‎
“Hal ini menunjukkan pemerintah belum mengeluarkan kekuatannya untuk serius mengelola garam dengan teknologi yang baik hingga memenuhi kualitas kebutuhan garam industri maupun konsumsi,†tegas wakil rakyat PKS dari Dapil Sulawesi Selatan II ini.‎
Akmal melanjutkan, bahwa impor garam dari luar ke Indonesia, didominasi oleh Australia dan India. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan maret 2016, Indonesia impor garam senilai US$ 11,4 juta pada saat itu dengan jumlah garam seberat 276.299 ton. Negara yang memasukkan garam ke Indonesia pada waktu itu antara lain Australia, India, Selandia Baru, Inggris, Singapura, Negara lainnya.
‎Namun, lanjut Akmal, bila dihitung keseluruhan tahun ini dari januari hingga september 2016, tampak negara China terlihat signifikan memasukkan garam di Indonesia. Dari total 1,4 juta ton garam senilai US$ 57,3 juta yang masuk Indonesia tahun ini, China memasukkan garam terbesar ke empat setelah Australia, India, dan Selandia Baru.‎
“Dari Periode yang sama, Januari-September, antara 2015 dan 2016, impor garam sudah meningkat 200 ribu ton,†papar Akmal.‎
Oleh karena itu, Akmal berharap, pemerintah mulai berfikir dan bekerja untuk mencapai swasembada garam baik konsumsi maupun industri.‎
“Bentangan pantai kita sangat panjang, sangat wajar bila kita mampu mencapai swasembada garam,” tutup Andi Akmal Pasluddin.
(Prw)‎