KedaiPena.Com – ‘Kepretan’ Rizal Ramli sewaktu menjadi Menko Maritim, pada medio 2015-2016, terkait mega proyek 35 ribu MW terbukti.
PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) kini terlilit utang hingga mencapai Rp500 triliun pada akhir 2019 karena proyek ambisius tersebut.
“Terbukti sekarang apa yang dinyatakan oleh Rizal Ramli, bahwa PLN bisa bangkrut, sekarang menjadi kenyataan,” kata pengamat kebijakan publik Syafril Sofyan kepada KedaiPena.Com, Minggu (28/6/2020).
Akibat kepretannya, RR, sapaan Rizal Ramli, diserang oleh Wapres Jusuf Kalla (JK), Menteri BUMN Rini Soemarno, Menteri ESDM Sudirman Said.
“Media ‘mainstream‘ televisi, koran dan media ‘online‘ ikut menyerang RR sebagai menteri tukang heboh. Lucunya Presiden Jokowi yang membujuk RR jadi Menko malah tidak berani membela RR dari serangan tersebut,” sambung dia.
“Jika sekarang sudah terlilit utang demikian besar, hampir seperempat APBN, dipastikan uang negara atau rakyat lagi yang dipakai untuk menambal utang tersebut,” lanjut dia.
“Lalu dalam kondisi seperti ini, siapa yang pantas diminta tanggung jawab? Semestinya Presiden Jokowi sosok yang pantas disalahkan karena tidak punya kemampuan memilih pembantunya menyelamatkan PLN, termasuk BUMN besar lainnya seperti Pertamina,” tandas dia.
Sebelumnya, PT PLN (Persero) dipastikan terlilit utang hingga mencapai Rp500 triliun pada akhir 2019. Perusahaan pelat merah tersebut terbebani utang dalam jumlah super besar untuk membiayai proyek kelistrikan 35 ribu megawatt (MW).
Direktur Utama PLN, Zulkifli Zaini mengatakan, kenaikan utang sebesar Rp500 triliun tersebut terjadi dalam 5 tahun terakhir. Padahal, pada 2014 perseroan hanya berutang tidak sampai Rp50 triliun.
“Lima tahun terakhir PLN membiayai investasinya dengan utang. Tapi karena tiap tahun utang Rp100 triliun, ya maka utang PLN di 2019 kemarin mendekati Rp500 triliun,” kata Zulkifli dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Kamis (25/6/2020).
Menurut dia, PLN terpaksa mencari pinjaman dana untuk proyek pengadaan listrik 35 ribu MW lantaran benar-benar tidak mampu membiayainya secara mandiri.
“Karena memang kita enggak ada kemampuan investasi yang terkait dengan 35 MW ini. Dari investasi itu, pinjaman Rp100 triliun per tahun hampir enggak ada dana sendirinya dari PLN. Rp100 triliun itu 100 persen pinjaman,” tutur dia.
“Sebagai bankir saya paham ini enggak sehat. Kalau ada debitur datang ke bank, mau investasi Rp100 triliun pasti saya tanya, dana sendirimu berapa? Saya minta 30 persen kan. Tapi case PLN, dana sendiri nol pinjaman 100 persen. Ini kondisinya,” tandasnya.
Laporan: Muhammad Lutfi