KedaiPena.Com-Perdebatan sistem proporsional terbuka dan tertutup masih berlangsung dikalangan masyarakat. Tak hanya itu sejumlah kalangan elit politik yang menolak sistem pemilu proporsional tertutup sendiri masih kerap menyuarakan soal penolakan sistem pemilu tersebut.
Di tengah hiruk pikuk perdebetan, Direktur Eksekutif Indonesia Publik Institute (IPI), Karyono Wibowo memberikan pandangan soal sistem Pemilu Proporsional tertutup dan terbuka. Ia memamparkan bahwa sistem pemilu proporsional tertutup adalah murahnya biaya politik.
Ia juga menerangkan, bahwa dengan sistem proporsional tertutup para Anggota legislatif tidak perlu mengeluarkan dana logistik besar-besaran untuk bisa menjadi peserta pemilu.
“Lebih murah, cukup efisien dan low cost,” beber dia, Sabtu,(11/2/2023).
Lebih lanjut, pengamat politik senior ini memandang bahwa baik sistem proporsional terbuka maupun tertutup, sama-sama memiliki potensi untuk disusupi oleh kaum oligarki.
Hanya saja, kunci utamanya ada di Ketua Umum Partai Politik, apakah mereka tergiur dengan uang atau tidak.
“Sama-sama berpotensi disusupi oligarki, baik proporsional tertutup ataupun terbuka. Yang penting di sini konsistensi elite partai,” beber dia.
Setidaknya kata Karyono, apabila Pemilu 2024 nanti Komisi Pemilihan Umum (KPU) menerapkan sistem proporsional tertutup, maka ketua umum partai politik harus bisa menjadi manusia setengah dewa.
Menurutnya, nantinya Ketum parpol harus tidak akan tergiur dengan transaksi politik yang besar seperti di sistem proporsional terbuka yang telah berjalan bertahun-tahun itu.
Sistem proporsional tertutup itu bisa kalau elite partai miliki sifat kerasulan atau manusia setengah dewa yang konsisten. Tidak tergiur lagi dengan hal duniawi, namun fokus untuk perbaikan bangsa dan negara,” katanya.
Kemudian, Karyono juga melihat bahwa sistem proporsional tertutup memberikan dampak yang baik dalam proses kaderisasi.
Menurutnya, partai politik akan memfokuskan diri dengan melakukan kaderisasi jauh lebih baik. Sebab, mereka harus menyiapkan para calon pemimpin untuk ikut dalam kontestasi politik elektoral.
“Sistem pemilihan tertutup lebih efektif jikalau pimpinan partai mengambil kebijakan yang konsisten, punya prasyarat yang ketat untuk bisa menjadi penentu siapa yang jadi (caleg -red),” ujarnya.
Karyono menilai para kader partai sama-sama akan siap menjadi pemimpin jika proses kaderisasi dilakukan dengan sebaik-baiknya oleh partai. Namun jika tidak ada konsistensi dari elite partai politik, maka percuma saja sistem proporsional tertutup dijalankan.
“Kalau tidak ada konsistensi dan komitmen yang kuat ya sama saja, nanti kalau tidak ada indikator persyaratan yang diatur di internal parpol, ya sama saja dengan sistem pemilihan terbuka,” pungkasnya.
Laporan: Tim Kedai Pena