KedaiPena.Com – Ratusan murid sekolah MAN 1 Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara menggelar aksi mogok dengan tidak masuk sekolah, Senin (24/10).
Informasi dihimpun, aksi mogok  itu dipicu kebijakan sekolah yang menaikkan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) dari Rp30 ribu menjadi Rp65 ribu. Tak hanya itu, dilakukannya pembayaran SPP dengan menggunakan Bantuan Siswa Miskin (BSM) juga menjadi salah satu pemicunya aksi tersebut.
Terkait hal itu, Kepsek MAN 1 Barus, Marliana Nasution dalam keterangan resminya kepada wartawan di Pandan, Senin (24/10) malam mengaku ia sudah mengetahui aksi mogok para siswanya itu. â€Iya baru hari ini,†kata Marliana.
Didampingi Bendahara Rutin Sekolah, Jahra Mahardika, Marlina menjelaskan bahwa protes yang dilakukan para pelajar tersebut sebenarnya sudah terjawab jauh-jauh hari. Yakni saat dilakukannya pertemuan antara Sekolah, Komite dan kalangan orangtua pada Juni 2015 lalu.
Pada pertemuan tersebut, kata wanita Berhijab ini, usulan penaikan SPP atas alasan menambah upah para guru honorer di sekolah tersebut sudah disepakati. Tak hanya itu, metode pembayaran SPP dengan menggunakan BSM para pelajar penerima juga sudah disetujui.
“Sudah ada pertemuan itu, semua sudah sepakat bahwa SPP naik, alasannya demi sekolah juga, ya peruntukannya kepada para guru-guru honorer yang jumlahnya 18 guru. Kemudian soal metode pembayaran dari BSM, juga sudah disetujui para orangtua, nah tahun ini adalah penerapannya,†terang Marliana.
Ia menerangkan, pada pertemuan Juni 2015 itu, selain persoalan kenaikan, Â disepakati juga bahwa pembayaran SPP dilakukan sebelum tanggal 10 setiap bulan. Sayangnya, tunggakan SPP para siswa terus terjadi dan mempengaruhi kesediaan para guru honor dalam memberikan pembelajaran.
Dijelaskan, metode pembayaran SPP dari BSM itu juga sudah dibincangkan bersama para Ketua Kelas di sekolah tersebut. SPP yang dibayarkan hingga beberapa bulan ke depan juga dilakukan mengantisipasi terjadinya lagi tunggakan SPP. Langkah tersebut sejatinya untuk membantu meringankan beban para orang tua.
“Jadi kalau uang SPP sudah dibayarkan hingga beberapa bulan ke depan, kan juga meringankan para orang tua. Itu juga dilakukan karena pengalaman, terjadinya tunggakan-tunggakan tersebut, sebenarnya sangat membantu, dan ketua-ketua kelas itu sangat setuju,†pungkas wanita bertubuh gempal ini.
Soal tudingan pihaknya telah melakukan pemotongan BSM, Marliana membantahnya dan menyebut hal tersebut hanya isu yang sengaja disebarkan mengelabui publik. Menurut ia, dana BSM itu sejatinya diterima langsung oleh para Pelajar. Namun, sesuai kesepakatan awal yang menurutnya tidak melanggar Juknis penggunaan BSM itu, para pelajar usai menerima BSM langsung menyetorkan SPP nya kepada Bendahara Sekolah.
“Jadi tidak benar kalau memotong uang BSM, yang kita lakukan ini adalah win-win solution agar orangtua dan murid-murid kita itu terbantu, para guru honorer juga terbantu. Apalagi kan sudah disepakati sejak awal, dan secara aturan, metode ini tidak disalahkan sepanjang ada kesepakatan dan demi kepentingan siswa dalam bersekolah, boleh uang sekolah (SPP-red) boleh pakaian, sepatu dan lain-lain,†kata mantan Kepsek MAN Padang Sidempuan ini.
Lulusan kampus IAIN (UIN SUmut sekarang-red) menambahkan, kesepakatan tersebut secara pelaksanaan juga masih tetap mempertimbangkan beberapa hal. Misalnya jika ada pelajar yang mengaku ingin menggunakan uang itu untuk keperluan sekolah lainnya, seperti pembelian baju atau sepatu dan keperluan lainnya, maka pembayaran dilakukan sesuai jumlah keinginan murid yang mengajukan.
Marliana yang beberapa kali mendapatkan piagam penghargaan tingkat Nasional diantaranya Sekolah Sehat Nasional tahun 2010-2011 ini menerangkan, kendala yang dialami dan menyebabkan terlambatnya pencairan BSM bukan di pihaknya. Proses yang dimulai dari pendataan hingga pengajuan ke Bank serta proses pencairan, diakui memang menyita durasi waktu yang panjang. Pencairan BSM yang seharusnya dilakukan per setiap semester, akhirnya dilakukan sekali dalam setahun.
Sementara itu, terkait aksi mogok para siswanya itu Marliana menduga kuat ada guru pihak mencoba memperkeruh persoalan. Apalagi, menurut informasi yang ia peroleh, para orang tua murid kebanyakan tak mengetahui apa alasan anaknya tidak masuk sekolah.
“Ada (orangtua-red) yang kita sebatas ketemu. Orangtua murid taunya Cuma libur, soal mogok ini orangtua tidak tau. Ada guru yang kasih tau kepada murid kalau hari Senin libur,†katanya.
Disinggung pihak Kemenag sendiri terkait persoalan itu, Marliana mengaku hal tersebut sudah terkonfirmasi dengan baik. “Mereka bilang, agar disikapi dengan tenang, kalau ada yang mengkonfirmasi pun ya dijawab dengan baik itu saja, karena sebenarnya tidak ada masalah,†kata Marliana.
(Har/ Dom)